Sunday, April 15, 2012

Sejarah Ikatan Mahasiswa Minang Universitas Indonesia (IMAMI UI)


Logo IMAMI UI
Logo IMAMI UI (sumber: FB IMAMI UI)
Ikatan mahasiswa minang (IMAMI) Universitas Indonesia (UI) resmi dideklarasikan pada tanggal 1 Mei 1983 di Jalan Angkur No 5 Kampung Ambon, Jakarta Timur, dengan beberapa tokoh diantaranya Harmaily Ibrahim SH, Akhiar Salmi, Zohra Amran, Achmad Rifai dan Uni Elly.
Pada awal terbentuknya IMAMI bernama IMAMI FH UI, karena para tokoh tersebut berasal dari Fakultas Hukum (FH) UI, namun pada perkembangan selanjutnya nama tersebut berubah menjadi IMAMI saja dikarenakan meningkatnya jumlah mahasiswa Minang yang bergabung di dalamnya dan mulai merata dari berbagai fakultas. Mahasiswa Minang yang menempuh pendidikan di UI sebenarnya sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu, jauh sebelum tahun 1983, namun saat itu belum ada deklarasi ikatan yang menyatakan diri sebagai ikatan.
Dasar pemikiran pendirian IMAMI UI ini pada awalnya berasal dari keinginan untuk saling berbagi, bekerjasama, dan mempererat tali silahturahmi antar mahasiswa minang dalam bentuk sebuah wadah yang bersifat kekeluargaan agar ‘saciok bak ayam, sadanciang bak basi, ka lurah samo manurun, ka bukik samo mandaki, ringan samo dijinjiang barek samo dipikua, basatu kito kuaik bacarai kito rubuah.
IMAMI UI juga menjadi ‘urek tampek baselo, batang tampek basanda’. Wadah kekeluargaan yang dibentuk disini bukan berarti untuk melahirkan sebuah gerakan separatis yang berpaham primordial memperjuangkan kepentingan suku atau daerah masing-masing, justru disini IMAMI UI hadir sebagai salah satu etalase warna yang terkandung dalam pelangi merah putih.
Sebagai salah satu unsur dari pelangi merah putih IMAMI UI ikut berkontibusi disini untuk mewujudkan implementasi dari salah satu unsur pancasila yaitunya ‘bhineka tunggal ika’, IMAMI UI berdiri untuk membantu membangun bangsa dan peradaban. IMAMI UI selalu berupaya dinamis untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman, ‘dima langik dipijak disina langik dijunjuang, tagak dikampuang bapaga kampuang, tagak di nagari bapaga nagari’.

No comments:

Post a Comment