Wednesday, December 15, 2010

Enjoy this spirit!!

http://www.mediafire.com/file/7kbj64oi3mf69b4/MARS%20IMAMI%20UI.mp3.mp3

Friday, December 10, 2010

Diskusi Publik: Proyeksi Pembangunan Sumatera Barat Pasca Bencana


Kajian D2KI ( Diskusi dan Kajian Ilmiah ) IMAMI UI yang bertema “ Proyeksi Pembangunan Sumatera Barat (Sumbar) Pasca Bencana”, tema ini dipicu oleh munculnya Surat Terbuka yang ditujukan kepada Presiden RI dari Warga Sumbar yang beredar di internet. Kajian ini terbuka untuk umum dan membahas tema dikaji dari dua aspek yaitu aspek sains dan sosial politik. Aspek sains membahas mengenai potensi-potensi bencana yang dimiliki Sumbar ditinjau dari kondisi geografis. Sedangkan aspek sosial politik meliputi sejauh mana upaya pemerintah dalam menangani masalah bencana apa saja kebijakan-kebijakan strategis pemerintah terkait mitigasi bencana di Sumbar.

Jumat 10 Desember 2010, 19.30-22,00
@gazebo asrama UI

Narasumber
1. Hj Emma Yohana (anggota DPD RI)*
2. H Refrizal (anggota komisi VI DPR RI)*
3. Andry Rustanto S,Si. M,Sc.

info :
cp : angga wp- 085274422354
http://www.facebook.com/home.php?#!/event.php?eid=129420090450621
http://www.facebook.com/home.php?#!/photo.php?fbid=10150133337123084&set=a.10150133336623084.329540.59068573083

Friday, December 3, 2010

Kajian Keislaman IMAMI UI: Syariah Islam dalam Ke-bhinekaan


Dalam rangka memperingati tahun baru Islam 1 Muharram 1432 H Divisi Keislaman IMAMI UI menggelar sebuah kajian membahas seputar kondisi umat Islam dan di Indonesia dan eksistensinya dalam aroma perbedaan yang kental dalam kehidupan bernegara.

Sabtu, 4 Desember 2010
08-00-09.30 AM
MUI UI Depok.

informasi lebih lengkap kunjungi

http://www.facebook.com/event.php?eid=114983978568820&index=1

http://www.facebook.com/photo.php?fbid=10150129059908084&set=a.10150129059613084.327165.59068573083

Monday, November 29, 2010

Surat Terbuka Untuk Pak SBY. "Karena pemerintah tak cenderung mencegah, tapi lebih senang mengobati.."

sumber : 12.23/271110/depok/rpp/khalidbn wld/joker merah/



Pak SBY, kami warga di pesisir Sumbar, mati saja yang belum. Kalaulah Bapak berkantor di Padang, takkan terpicingkan mata oleh bapak, meski malam telah larut. Pak Gubernur kami, sekarang sudah kurus. Kemarin bersama Waka Polda, Wagub, Walikota Padang, mengimbau rakyat untuk tidak resah. Pejabat kami kurang tidur sekarang, Pak. Bagaimana bisa tidur, di mana-mana rakyat ketakutan akan isu gempa besar. Sudahkah Bapak tahu akan hal itu? Pak SBY yang terhormat.



Maksud hati hendak membangun jalan evakuasi, membangun shelter, mendinding laut, tapi kami tak punya uang. Pemerintah pusat tak peduli. Kami tahu tak peduli, karena kata Bappenas, tak ada dana pusat untuk membuat shelter di Sumbar.



Akan Bapak biarkan saja kami mati disapu tsunami, jika monster itu datang? Sekarang Pak, tiap sebentar isu meruyak, lewat SMS, dari mulut ke mulut, resume rapat interen pejabat pemerintah disebar PNS tak bertanggungjawab.



Kalau SMS terorisme, secepat kilat Densus 88 bergerak. Dijemput malamnya orang. Tapi tiba di SMS teror gempa, kenapa tak bisa, Pak? Kami seperti terhukum mati menunggu eksekusi. Ulama kami sudah bertunas mulutnya memberi nasihat, tapi kami takut juga. Jiwa yang resah adalah penyakit, sedang hati yang riang adalah obat. Yang terjadi hati kami diperparah oleh pakar.



Tim Sembilan yang Bapak bentuk datang ke Padang, hanya untuk bilang: “Itu gempa di Mentawai baru buntutnya, yang akan kita tunggu bapaknya, ini bukan mempertakut, tapi harus disampaikan,” katanya. Tim ini, melibas urusan BMKG. Padahal negara memercayakan kepada BMKG, namun Tim Sembilan lebih jago dan merasa berkompeten. Maka takutlah seisi kota, takutlah seisi kampung, dari ujung ke ujung. Setelah itu tim hebat tersebut pergi ke Jakarta, ke pangkuan istri dan anak-anaknya. Ketika gempa datang, yang sibuk justru BMKG.



Pak SBY yang tercinta.



Waktu pemilu 80 persen suara rakyat Sumbar untuk Bapak, maka sewajarlah kini, ketika kami memerlukan bantuan, Bapak bantu kami. Surat kabar Singgalang menawarkan, agar laut Sumbar didinding. Biayanya takkan sampai Rp20 triliun. Sekali angguk saja oleh Bapak, beres semua. Ini lebih penting dibanding Jembatan Selat Sunda. Dinding laut itu ada di Jepang, di Korea dan di sejumlah negara lainnya. Bentuknya seperti Tembok Cina. Bisa untuk jalan di atasnya. Kira-kira tingginya 10 sampai 15 meter. Panjangnya, orang PU yang bisa mengukurnya Pak. Sekalian bisa untuk lokasi rekreasi, bahkan jalan tol bisa dibuat di atasnya Pak.



Bukankah Bapak akan membuat jalur lintas barat Sumatra? Dinding laut itu saja jadikan jalan. Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampau. Bisa Bapak bayangkan musibah tsunami Aceh, untuk rehab rekon (RR)nya saja habis uang minimal Rp75 triliun. Kerugian yang terjadi, empat kali lipatnya, barangkali. Akibat amuk alam ini, tidak kurang dari 132 ribu orang Aceh meninggal dan 37 ribu orang dinyatakan hilang.



Apalah artinya yang Rp20 triliun untuk mendinding laut Pak. Atau habis dulu orang Minang oleh tsunami, baru kemudian dibentuk Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Sumbar. Okelah, tak ada uang untuk dinding laut, untuk shelter juga boleh. Padang memerlukan setidaknya 100 shelter. Sebanyak itu pula di wilayah lain di Sumbar. Tiap shelter Rp30 miliar.



Kata Bappenas, tak ada dana untuk itu. Disuruhnya pemerintah daerah “kreatif”. Itu sama dengan membunuh namanya. Bagaimana perencanaan pembangunan, bisa melupakan mitigasi? Lupa akan nasib rakyat, kecewa berat kami dengan Bappenas. Hentikanlah agak sejenak membangun jalan tol di Pulau Jawa itu, alihkan uangnya untuk Sumbar. Apakah untuk membangun shelter, escape building, dan jalan evakuasi atau dinding laut.



Pak SBY,



Jalan evakuasi saja di Padang sudah tujuh tahun tak selesai. Uang untuk membebaskan tanah tak kunjung cukup. Kasihlah kami uang untuk pembebasan jalan itu saja dulu, sudah besar hati kami, Pak. Ini kan tidak, selalu saja jawabannya klise, “pusat tak ada uang untuk pembebasan tanah”. Kalau untuk proyek biasa, bisa diterima, tapi untuk proyek kemanusiaan, apa tidak bisa pusat turun tangan?



Kadang kami di Sumbar merasa jauh dan sepi sendiri. Kenapa pemerintah pusat tak peduli lagi pada kami. Sedih hati kami di sini.



Mohon temani kami dalam masa-masa sulit ini Pak. Kami sedang gamang. Hanya kepada Tuhan kami bisa mengadu, berdoa, berserah diri.



Kalau Bapak mau membantu, kami tawarkan tujuh hal untuk meminimalkan dampak tsunami di Sumbar. Ketujuhnya dinding laut, relokasi penuh warga pesisir Sumbar, relokasi zone merah saja, buat shelter, buat ecape building, jalur evakuasi, tanam trembesi dan bakau di pantai atau reklamasi. Sampai hari ini, hanya satu yang sudah ada yaitu satu unit shelter yaitu SMA 1 Padang. Itupun bantuan Yayasan Budhi Suci, bukan uang pemerintah.



Pemerintah daerah takkan bisa berbuat apa-apa, kalau pusat tak membantu. Penyakitnya Pak, kementerian dan Bappenas, kalau tak dilobi, tak dihiraukannya nasib rakyat. Apa perlu lagi lobi-lobi semacam itu, sementara kami sedang gundah gulana?



Jika Bapak memerlukan sepucuk surat yang ditandatangani seluruh rakyat, kami siap membuatnya. Kami tak takut mati Pak, sebab ajal sudah tersurat di Arasy. Mati hari ini, pasti mati. Tapi, bukankah kita perlu berikhtiar? Apalagi rakyat Sumbar adalah bagian integral dari Indonesia.



Pak SBY yang terhormat.Jujur saja, bangsa yang besar ini, berhutang sejarah pada kami orang Minang. Kami tak minta dibayar, tapi berbuat baiklah pada saat yang tepat. Saatnya sekarang. Kalau pada 2011 hanya rapat ke rapat saja, janji ke janji saja, maka kami akan menjadi rakyat yang patah arang.



Pak SBY...



Maafkan saya yang sudah lancang menulis seperti ini. Apa boleh buat ditangkap intel pun sudah risiko saya. Tak ada pilihan lain, Bapak harus turun tangan. Ah, jika saja Hatta, Sjahrir, Tan Malaka, Yamin, Agus Salim, masih hidup, mungkin nasib kami takkan semalang sekarang. Hari ini pasti dipanggilnya Bapak ke rumahnya. “Tolong kampuang kami ya, Pak Presiden,” kata Hatta, suara beliau antara terdengar dan tidak. “Tolong itu Sumbar, lumbungnya demokrasi,” kata Sjahrir. “Demi rakyat jelata yang menderita setiap hari, bantu Ranah Minang,” kata Datuk Tan Malaka. “Minangkabau adalah libero dalam pembentukan Negara Kesatuan RI, bantu sekarang, rakyatnya sedang nestapa,” kata Pak Yamin. “Belum bersekolah orang di tempat lain, orang Minang sudah studi ke Belanda, buat sekolah jadikan shelter,” kata Agus Salim. Tapi tidak. Beliau telah tiada. Kami sepi sendiri Pak Presiden SBY.



Wassalam.

12.23/271110/depok/rpp/khalidbn wld/joker merah/`Pak SBY yang tercinta

Tuesday, November 2, 2010

Sedimentasi Asa

Bumi..terbentang pasrah dalam tariannya memuja orbit..
Menebar makna dalam eksotika ruang sempit..
Meraung tertahan dibawah fenomena yang menghimpit..
Menghimpun kontur interaksi yang kian rumit..

Namun..dibalik erupsi beban yang destruktif..
Didalam proyeksi tanggung jawab yang massif..
Ditengah palung kehancuran yang agresif..
Sedimentasi asa tersirat indah menjamah eksagerasi pasif..

Mengharapkan khazanah ilmu berkelana dalam wahana yang dinamis..
Membuka tabir penutup bentangan perspektif yang terjebak dalam zona statis..
Mencumbui dimensi spasial….bersama distribusi tematik nan optimis..
Mengungkap inovasi beriklim kritis..
Menuai fakta….jutaan Kristal metamorfosis..

Dari tepian etalase makna..
Keheningan jeritan bergumam..’.ini bukan fatamorgana’..

Thursday, October 28, 2010

Peduli Tsunami Mentawai-SOSMAS IMAMI UI

Gempa bumi kembali melanda mentawai pada Senin (25/10/2010) malam. Lokasi gempa berada di 78 km barat daya Pagai Selatan Mentawai, Sumatera Barat, dengan kedalaman 10 km. Tidak hanya di Sumatera Barat, gempa juga dirasakan sampai ke Singapra.
Gempa yang disusul tsunami tersebut mendatangkan kerugian yang sangat besar. Jumlah korban tewas akibat gempa 7,2 SR dan tsunami yang melanda Pulau Pagai, yang telah terdata hingga Rabu, pukul 18.10 WIB di Data Badan Pengendalian Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat mencapai 282 korban.. Sedangkan jumlah warga hilang yang belum ditemukan dilaporkan 411 orang. Kemudian jumlah korban luka berat tercatat 77 orang dan luka ringan 25 orang. Jumlah rumah warga yang rusak berat dan yang hilang diseret tsunami terdata sebanyak 426 unit dan yang rusak ringan 200 orang. Gempa 7,2 SR diikuti tsunami melanda Kabupaten Kepulauan Mentawai dan sejumlah wilayah lainnya di Sumbar. (Sumber: kompas.com dan detiknews.com)

ULURAN TANGAN ANDA SANGAT DIBUTUHKAN

Salurkan bantuan anda ke rekening BNI di bawah ini:
a.n MUHAMMAD HANIF
0201355944
Kantor Cabang UI Depok

Bantuan anda akan langsung disalurkan oleh IMAMI UI kepada korban gempa dan tsunami di Mentawai, Sumatera Barat