Showing posts with label Pu'isi'. Show all posts
Showing posts with label Pu'isi'. Show all posts

Tuesday, June 2, 2015

Negeri Kabut



You know what is the best decision I ever made? I came to visit my friend and inadvertent met her on that Thursday. You know what is the best time in my life? when I was with her in a week.

You know what I do really worry today? when she knows nothing about those all.

I write this to let she knows and hope I would have another chance to see her eyes smile from her cheeks.

Tuesday, December 24, 2013

Quiddity of World


See the trees, it are affable
with the sun, it makes us fly to ataraxia
the birds are feral

look the ocean, they are zany by wind
sometimes, the mountains are scalawag
the snow is chimerical
walk indubitably, plump bananas are found precisely
the world is quiddity of propinquity

Created in educational activity day - youth leader in action programme
Canada World Youth - Kemenpora RI


Saturday, September 14, 2013

improvisasi intuisi

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGz-79M_8xaOux-dGFGjkuGtMY2lW86BP7QHkegvSDyCl47ef7i5dByqOsygd9F1pQGV5rE_N_UeSN_xKXiRH6BT5mCHCH2hC9qkC69cS1x93QkmIIb3-cjO7xktg6i3kUCVflIpZErLPZ/s320/intuisi.jpg

namun konsistensi itu....
mesti...harus..berdiri tegar bersama keangkuhannya..
dipagari benteng keyakinan...
dilapisi membran doa...
menatap nanar menuju bayangan harapan..
melangkah pasti menembus keputusasaan....

Saturday, January 19, 2013

Ber-Agama


Kukira fase tertinggi dalam ber-agama adalah
Ketika paham bahwa setiap perintah-Nya ialah kebutuhan
Dan semua larangan-Nya itu demi kebaikan.

Sehingga tiap perilaku tidak lagi bicara tentang pahala, dosa, surga, dan neraka.
Tapi karena dan demi kebermanfaatan. 

Sunday, December 25, 2011

Mengecup Takdir Dimadu


Semua kau mulai dengan cinta
Menjalin kisah penyempurnaan agama
Meskipun dengan imam yang lebih muda
Namun kau begitu teguh akan rasa percaya

Awalnya terasa begitu bahagia
Hingga kau mendapat pertanda kelahiran si buah hati
Namun sayang, Tuhan mencoba untuk mengujimu
Ia menarik kembali si buah hati sebelum bernafas di bumi

Kau tak pernah patah arang atau pun menyalahkan Tuhan
Hingga pertanda kedua pun datang
Kau terlihat begitu tak sabar menanti sang buah hati
Tapi..Tuhan masih ingin mengujimu..
Sang buah hati kedua pun menyusul kakaknya di surga..

Keluargamu pun mulai goyang
Imammu ternyata tak cukup siap menerima cobaan kedua itu
Meskipun kau telah cukup ikhlas bertawakkal
Namun imammu diamanahkan Tuhan untuk kembali mengujimu

“Aku hendak memiliki buah hati”
Imammu berujar penuh ketakutan terhadapmu dan Tuhannya
“Aku ingin kembali menyempurnakan agama”
Dunia pun serasa kiamat bagimu saat itu

Kau terdiam, terhenyak, serasa dihujam berjuta kezaliman
Perenungan memaksamu untuk bertanya kepada Tuhan
“Apakah memang seberat ini cobaan yang aku harus terima demi menunjukkan keyakinanku padaMu?”

Waktu berlalu, logika memaksa, hati meraba, pikiran mencipta keputusanmu
Kau pun mengikhlaskan imammu menunaikan pintanya
Alangkah tegar iman jiwamu, mengecup takdir dimadu
Imammu pun kini bukan lagi milikmu seorang

Kehendaknya terjamah, enam buah hati pun menjelma menjadi anak tirimu, kami..
Tapi sekali lagi, keikhlasanmu tak tertandingi
Kau sangat bersemangat dalam menuntun tumbuh kembangnya kami
Meskipun imammu sulit berlaku adil
Namun niatmu begitu lurus sehingga kau mampu mengerti itu

Tua menjemput, nikmat sehat pun mulai surut..Kau pun terbaring tak berdaya menanti panggilan Tuhan..Waktu itu pun datang..Selamat Jalan Ibu..

Tuesday, August 16, 2011

Pelaku Sejarah (Kami)




Untuk Orang Tua Terhebat Kami..

Tidak ada yang pernah tahu akan isi hati terdalammu
Namun begitu
Kami terlalu yakin dengan keyakinan kami
Begitu banyak kisah luar biasa yang bersemangat memperjuangkan keyakinan itu

Berangkat dari janji setiamu dalam ikatan suci ladang amal
Kami selaku titipan Tuhan pun kau lahirkan penuh keikhlasan
Waktu, harta, tahta, dan sejumlah pengorbanan tak terhitung pun kau hadiahkan tanpa pamrih
Tuhan, budi pekerti, dan berbagai bekal kehidupan pun kau tanamkan mengakar di diri kami

Kami pun beranjak dewasa
Ilmu yang bersinergi bersama lingkungan di sekitar kami pun mulai bergejolak
Menyatu padu dan bertabrakan dengan sintesa bekal yang kau beri
Perbedaan pendapat, konflik, dialektika, dan berbagai dinamika lain bereaksi di istana kami
Sebuah istana keilmuan, kebijaksanaan, dan kecerdasan mengagumkan

Raihan prestasi, sanjungan, nama baik, dan pujian pun tercipta bagi kami
Semua itu..bagi kami tak lain hanyalah titipan nikmat
Yang seharusnya diberikan padamu
Pelaku sejarah kami sesungguhnya
Orang tua terhebat se alam semesta..


Puisi ini diikutsertakan dalam Sayembara Puisi Forum Sastra Bumi Pertiwi 2011 dan dibukukan dalam Buku Antologi Puisi 'Kutukan Negeri Rantau'

Tuesday, August 9, 2011

embrio kisah..



untaian spekulasi menuai embrio kisah..
mencapai titik awal kopulasi makna…
meskipun hutan opini perlahan tajam menggelapkan titian takdir..
cahaya itu lebih intensif menjerat..

fiksi Tuhan tlah menunggu..

Padang Kota Tercinta..Padang Kota Terlunta..

Rabu, 30 September 2009. Hari itu tidak ada pertanda aneh yang atau pun semacam isyarat asing yang menyelimutiku. Sampai akhirnya ketika magrib menjelang aku beranjak dari perpustakaan kampus kuning itu aku terhenti sejenak ketika melewati bagian registrasi. Sebuah televisi tua yang bertengger di atas sebuah lemari menyiarkan liputan berita tentang kepanikan yang terjadi di Kota Padang Sumatera Barat. Ya beberapa jam yang lalu sekitar pukul empat sore telah terjadi gempa bumi berskala 7,9 skala richter yang mengguncang Kota Padang dan Pariaman di Sumatera Barat.

Hanya baru itu sepenggal berita yang kudapatkan dari liputan berita di televisi tadi. Dadaku pun bergemuruh, segudang kecemasan dan kekhawatiran menyelimuti pikiranku saat itu. Tiga hari yang lalu aku baru saja meninggalkan kota itu melanjutkan mimpi-mimpi perubahanku. Namun hari ini aku mendengar berita kehancuran kota kelahiranku itu. Orang-orang tercinta yang kumiliki menetap di kota itu. Kedua orang tuaku, adik kandungku, sahabat-sahabat terbaikku, dan sejuta kenanganku telah larut bersama kota itu.

Aku pun melanjutkan perjalanan dari perpustakaan itu menuju halte bus kampus untuk segera pulang ke asrama tempatku menetap. Sepanjang perjalanan pikiranku pun diselimuti berbagai kemungkinan-kemungkinan terburuk yang terjadi pada mereka : orang-orang tercintaku. Aku pun mencoba menghubungi mereka melalui handphone, namun ternyata gempa bumi tersebut telah merusak koneksi operator banyak provider sehingga aku pun belum dapat menghubungi mereka.

Aku tidak menyerah, aku mencoba menghubungi kakakku yang berada di Batam. Ternyata ia telah berhasil menghubungi orang tuaku melalui salah satu provider handphone yang koneksinya masih baik. Alhamdulillah ternyata mereka semua dalam keadaan selamat, hanya saja kondisi rumahku dihiasi berbagai retakan cukup parah di berbagai sisi. Pikiranku pun sedikit mulai tenang sambil terus berharap dampak dari bencana yang terjadi tidak terlalu parah.

Di atas bus kampus yang aku naiki beberapa orang mulai terdengar membicarakan gempa bumi yang terjadi. Berbagai berita simpang siur terus menyebar di bus itu. Aku masih tetap diam mencoba mengumpulkan informasi dari mereka. Sesampai di asrama aku pun langsung menghampiri kamar teman-temanku yang berasal dari satu daerah. Ternyata mereka telah berkumpul di salah satu kamar dan sedang sibuk mencoba menghubungi keluarga masing-masing. Suasana kamar itu diliputi kecemasan dan ketakutan, ini tergambar dari raut wajah mereka yang biasanya riang dan ceria kali ini sangat bertolak belakang.

Kami pun memulai perbincangan dengan bertukar informasi tentang kondisi terakhir yang diketahui tentang kota kelahiran kami itu. Usai itu aku bertolak ke kamarku dan mengukir perasaanku dalam tulisan.

Peradaban yang menawan..
Kehidupan yang mapan..
Nyawa-nyawa yang merasa aman..
Jiwa-jiwa yang terkubur oleh kesombongan..
Raga-raga yang tersesat dalam khayalan..

Tersentak
Terhenyak..
Oleh tarian gerak..
Hitungan detik yang berdetak..
Peradaban luluh lantak..
Kehidupan terkoyak..
Nyawa-nyawa terserak..
Raga-raga bersorak..

Teriakan ketakutan..
Suara kecemasan..
Jeritan..tangisan..
Terakumulasi sejalan dengan..

Konstruksi yang takluk..
Fondasi yang ambruk..
Arsitektur yang terpuruk..
Serta..puing yang remuk..
Menuai fakta terburuk..

Jasad terbentang tersurat..
Nafas lenyap tersirat..
Darah merambat..
Perlahan bereaksi..menjadi..mayat..
Nurani tersayat..

Semua seakan tidak berharga..
Ratusan..bahkan ribuan..melayang percuma..
Jutaan..bahkan miliaran..rupiah sirna..

Tiada lagi yang menawan..
Habis sudah kemapanan..
Terkikis rasa aman..
Tamatlah kesombongan..
Berakhir juga khayalan..

Hanya dalam sesaat masa..sekejap mata..

Azab atau peringatan…
Mari kita renungkan…

Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis Kisah Kemanusiaan yang diselenggarakan oleh Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI)

Pelangi Merah Putih

Merah putih..Titian masa silam menuai cipta dalam rasa beriring karsa..
Akumulasi tetesan ide menguap menaklukkan kebuntuan asa..
Menyatu padu dalam satu daya upaya..
Demi konstruksi cinta untuk bangsa..

Merah putih..Menatap nanar wahana peradaban..
Menyusun sakral rentetan tradisi adopsi kebiasaan..
Membangun vital radar emulsi pemikiran..
Melingkupi teguh kejayaan maupun jeritan kelaparan..

Merah putih..kombinasi simbolis dari pengabdian..
Terikat lepas dalam denyutan kebersamaan..
Terangkum luas dalam fakta perbedaan..
Variatif aneka linear pertidaksamaan…
Begitu mewarnai asupan makna multidimensi negeri perjuangan..

Merah putih..bukan hanya merah dan putih..
Jingga..kuning..hijau..nila..biru..ungu..etalase jernih..

Tuesday, November 2, 2010

Sedimentasi Asa

Bumi..terbentang pasrah dalam tariannya memuja orbit..
Menebar makna dalam eksotika ruang sempit..
Meraung tertahan dibawah fenomena yang menghimpit..
Menghimpun kontur interaksi yang kian rumit..

Namun..dibalik erupsi beban yang destruktif..
Didalam proyeksi tanggung jawab yang massif..
Ditengah palung kehancuran yang agresif..
Sedimentasi asa tersirat indah menjamah eksagerasi pasif..

Mengharapkan khazanah ilmu berkelana dalam wahana yang dinamis..
Membuka tabir penutup bentangan perspektif yang terjebak dalam zona statis..
Mencumbui dimensi spasial….bersama distribusi tematik nan optimis..
Mengungkap inovasi beriklim kritis..
Menuai fakta….jutaan Kristal metamorfosis..

Dari tepian etalase makna..
Keheningan jeritan bergumam..’.ini bukan fatamorgana’..

Monday, June 29, 2009

mutilasi kesunyian..

rotasi kisah tiada lagi tunduk pada sumbunya....
memancar sirna....
menelan lenyap.......
pasif......
narasipun statis...
deraan waktu yang mencambuki erosi sepi...
terasa kian bergelora untuk bergulir pelan...
lamban...
hitam putih lalu yang selalu coba ku diskriminasi...
memaksakan asa mustahil...
merasuki celah ruang hampa.. .
yang kini begitu merindukan belaian surga...
namun konsistensi itu....
to be continued...