“Kapan bang lakukan
aksi menuntut kenaikan BBM?, ayo berani tampil beda!”
Pernyataan di atas diungkapkan oleh salah seorang mahasiswa
Fakultas Ekonomi terhadap seorang Ketua BEM sebuah universitas di Indonesia. Hal
ini dipicu oleh hasil kajian dari para mahasiswa Fakultas Ekonomi yang sepakat
menyatakan bahwa menaikkan harga BBM memang sudah seharusnya dilakukan oleh
pemerintah.
Ada empat hal yang menjadi alasan utama. Pertama, beban APBN
sudah terlalu tinggi. Untuk subsidi BBM pemerintah menghabiskan 12% dari APBN. Multiplier effect dari subsidi BBM ini
sangat kecil. Seandainya 12% ini dialihkan penggunaannya untuk hal lain seperti
sektor riil, UMKM, dan pemberdayaan masyarakat, maka tentu multiplier effect-nya akan jauh lebih besar. Terkait hal ini, fakta
bahwa Indonesia sebagai net importir minyak menjelaskan bahwa 12% APBN di atas
larinya adalah keluar negeri. GDP yang meningkat adalah GDP negara lain, bukan
GDP Indonesia. Selain itu juga selama ini pada kenyataannya subsidi BBM ini
tidak tepat sasaran. Mereka yang menikmati subsidi ini adalah golongan menengah
ke atas yang lebih banyak memiliki kendaraan bermotor.
Kedua, selama ini harga BBM di Indonesia sangat jauh dibawah
harga minyak dunia. Kondisi harga yang murah ini membuat masyarakat merasa
nyaman menggunakan BBM. Sehingga konsumsinya pun menjadi boros. Padahal minyak
adalah non-renewable resource.
Seharusnya masyarakat Indonesia lebih aktif memikirkan inovasi sumber energi
alternatif pengganti BBM.
Ketiga, dengan mahalnya BBM maka masyarakat akan beralih
menggunakan transportasi umum. Khusus terutama untuk Jakarta, tentu hal ini
berdampak besar meredam kemacetan dan tingkat polusi udara yang sudah sangat
parah. Selain itu ini juga tentu hal ini dapat meningkatkan kesempatan
pengembangan usaha lebih bagi para penyedia jasa transportasi umum.
Lalu yang terakhir, mahalnya BBM tentu meningkatkan biaya
distribusi barang dari pabrik produksi ke kota-kota tujuan distribusi. Untuk
mengantisipasi hal ini, maka seharusnya akan tumbuh pabrik-pabrik baru di
kota-kota tujuan distribusi tersebut. Pertumbuhan pabrik-pabrik baru inilah yang
tentu berdampak positif bagi para investor yang ingin berinvestasi maupun bagi
para tenaga kerja yang akan terserap.
Kembali kepada pernyataan di awal tulisan di atas.
Pernyataan tersebut sekaligus sebenarnya adalah cerminan kritik terhadap
aksi-aksi mahasiswa di berbagai daerah yang melakukan aksi menolak kenaikan
BBM. Aksi tersebut terlihat seperti memiliki kajian yang kurang mendalam atau bahkan
mungkin tanpa kajian dan hanya aksi emosional. Hal ini sangat memalukan. Betapa
bodohnya mereka yang bahkan melakukan aksi anarkis hingga menyegel SPBU. Ini
sungguh sama sekali tidak solutif. Mahasiswa seharusnya mampu menjadi lebih
cerdas dan jangan hanya mencari perhatian publik dengan tindakan konyol.
Aksi menuntut kenaikan BBM seperti pernyataan di awal di atas
memang tidak perlu dilakukan karena ini memang akan dilakukan pemerintah. Tapi
tulisan ini sesungguhnya bertujuan untuk membuka mata para mahasiswa untuk
lebih kritis mengkaji isu sebelum melakukan aksi. Mari kawan bergerak lebih
cerdas.
No comments:
Post a Comment