“Keberanian harus di atas pengetahuan”
Begitulah kutipan dari pernyataan salah seorang aktifis
mahasiswa, yang kemudian juga turut di-amin¬-kan oleh sejumlah aktifis
mahasiswa lainnya di sebuah forum mahasiswa. Mereka menyetujui bahwa sikap
berani adalah yang terpenting dimiliki seorang perwakilan mahasiswa, atau
istilah lainnya disebut tukang gertak, dan soal pengetahuan, itu masalah nanti.
Sikap inilah yang sering menjadi landasan pembenaran mereka dalam melakukan
aksi demonstrasi yang terkadang bersifat anarkis.
Ada sejumlah definisi tentang ‘keberanian’. Julius A Cartage
menyatakan bahwa "Keberanian adalah serigala dan pengecut adalah
mangsa". Kemudian Dawson Peter Amstrong berujar “Berani bukanlah siap
menghunus pedang, tetapi siap memasukkan pedang ke sarungnya". Lalu,
Aristotle menyatakan bahwa, “The conquering of fear is the beginning of
wisdom”.
Keberanian, haruslah sebagai sikap perjuangan yang jelas dan
dapat dipertanggungjawabkan dengan segala nilai kebenaran. Keberanian bukan
berarti asal maju tanpa menghitung risiko, tapi keberanian adalah semua
tindakan strategis yang telah terhitung secara akurat sebelum melangkah ke
tindakan yang lebih jauh.
Keberanian tidak sama dengan nekat atau asal maju, yang
tanpa memahami dan mengetahui permasalahan secara utuh, tapi keberanian ialah
sebuah sikap atau karakter yang didukung oleh pengetahuan yang mumpuni. Bila
keberanian bermakna nekat atau asal berani, maka sesungguhnya itu adalah
kebutaan dalam memaknai keberanian secara benar dan tepat. Keberanian harus
memiliki landasan, manfaat, tujuan, dan perencanaan yang matang. Kemudian,
sejatinya keberanian diikuti dengan keinginan untuk terus belajar dan mencari
kebenaran, bukan pembenaran.
Kembali pada studi kasus mahasiswa di atas, apa yang
dinyatakan dalam kutipannya adalah lebih kepada nekat, bukan keberanian. Karena
disana ada pemisahan antara keberanian dan pengetahuan.
Gordon (1994) mendefinisikan pengetahuan (knowledge) sebagai
dasar kebenaran atau fakta yang harus diketahui dan diterapkan dalam pekerjaan.
Selanjutnya menurut Nadler (1986),
pengetahuan adalah proses belajar manusia mengenai kebenaran atau jalan
yang benar, tujuannya untuk mengetahui apa yang harus diketahui untuk
dilakukan.
Merujuk kepada beberapa definisi di atas, terlihat bahwa
pengetahuan disini menjadi sebuah modal dasar dalam setiap tindakan. Begitu
juga halnya dengan sebuah tindakan keberanian. Seperti yang dijelaskan
sebelumnya, bahwa keberanian sesungguhnya harus berlandaskan modal pengetahuan
yang kontekstual dengan tindakan yang akan dilakukan.
Saat ini tengah berkembang di berbagai belahan dunia,
sejumlah gerakan berbasis pengetahuan. Melingkupi berbagai sistem, mulai dari
ekonomi, inovasi teknologi, pembangunan, dan sejumlah sistem lainnya, semua
berbasis pengetahuan. Dari basis inilah tumbuh keberanian dan kepercayaan diri
dari sebuah gerakan.
Begitu juga dengan aksi demonstrasi mahasiswa, modal
pengetahuan seharusnya menjadi basis atau modal utama. Aksi demonstrasi
seharusnya menjadi aksi yang bertujuan positif menyuarakan pesan dan dilakukan
dengan metode-metode yang juga kreatif.
Aksi demonstrasi mahasiswa yang ideal untuk kondisi kekinian
adalah, sebuah demonstrasi yang berani karena berbasis ilmu pengetahuan yang
dinamis. Bukan demonstrasi anarkis nekat yang kuno dan klasik, serta tidak relevan
dengan kebutuhan zaman.
No comments:
Post a Comment