Brasil akhirnya meraih medali emas di Olimpiade Rio 2016 untuk
cabang sepak bola putra setelah mengalahkan Jerman. Namun tim putri Jerman
sebelumnya mengobati kekalahan ini, untuk kali pertama, mereka meraih medali
emas Olimpiade seusai mengalahkan Swedia di final. Hal ini akhirnya membuat
kedua negara masuk dalam daftar negara peraih medali emas untuk sepakbola di
olimpiade.
Negara peraih gelar juara sepakbola olimpiade terbanyak
bukanlah Brasil, Argentina, Jerman atau negara sepakbola yang lain, melainkan
adalah Hungaria. Hungaria merupakan tim dengan raihan medali emas Olimpiade
terbanyak, bersama Britania Raya dengan tiga gelar. Hungaria menjadi juara pada
Helsinki 1952, Tokyo 1964, dan Mexico City 1968. Ada pula Rusia yang menjadi
juara Olimpiade dua kali ketika masih bernama Uni Soviet. Mereka melakukannya
pada 1956 dan 1968.
Sementara itu, Argentina menjadi negara tersukses di abad 21
dengan kesuksesannya meraih medai emas pada tahun 2004 dan 2008. Pada tahun
2008, di bawah komando Lionel Messi, pemain terbaik asal Barcelona tersebut
sukses mempersembahkan medali emas bagi negaranya. Negara lain yang berhasil
meraih medali emas di abad ini adalah Kamerun (2000), Meksiko (2012), dan terakhir,
Brazil.
Yang menarik, faktanya sejak sistem timnas u-23
diperkenalkan di Atlanta 1992 hanya Spanyol satu-satunya negara Eropa yang
berhasil menjadi kampiun. Selebihnya, medali emas dikuasai oleh Nigeria dan
Kamerun dari CAF (Afrika), lalu Argentina dua kali dari CONMEBOL (Amerika
Selatan), juga Meksiko dari CONCACAF (Amerika Utara dan Tengah)
Lalu pertanyaan klasiknya, mengapa negara-negara tersebut
yang juara? Dan jawaban klasiknya tentu karena negara tersebut punya banyak
pemain berkualitas yang dapat bekerjasama dalam tim yang juga baik. Berikutnya
bagaimana mereka bisa mendapatkan dan melahirkan pemain-pemain tersebut? Negara-negara
di atas memilih para pemainnya, Brazil dari 200 juta penduduknya, Jerman dari
80 juta jiwa dan Hungaria dari 10 juta penduduknya di tahun 1968, terakhir kali
mereka meraih emas sepakbola di olimpiade. Lalu Argentina, Kamerun dan Meksiko,
masing-masing berturut dari 39 juta, 15 juta dan 120 juta jiwa, saat mereka
meraih juara.
Dari fakta di atas, hanya Brazil negara yang memiliki jumlah
populasi lebih dari 200 juta dan berhasil meraih emas sepakbola di Olimpiade,
akhirnya di 2016. Lalu bagaimana dengan raihan Brazil di olahraga lain pada
olimpiade saat ini? Per 22 Agustus lalu, dari 471 atletnya Brazil meraih 7 emas
dan berada di posisi 13. Adalah deretan angka-angka yang menarik, statistik
menunjukkan bahwa negara berpopulasi besar yang bahkan sudah mengirim ratusan
atlet di olimpiade, namun masih sulit setidaknya berada dalam posisi sepuluh
besar.
Jika kita melihat posisi raihan saat ini, hanya Amerika
Serikat, Rusia, Jepang dan Tiongkok, adalah empat negara di sepuluh besar yang
berpopulasi juga sepuluh besar terbanyak di dunia. Sementara itu, Britania Raya
yang hanya dengan populasi 64 juta jiwa berhasil meraih 27 emas dan berada di
posisi kedua. Yang paling menakjubkan adalah Australia, hanya dari 23 juta
jiwa, negara ini berhasil di posisi ke sepuluh dengan 8 emas. Negara lain yang
ada di sepuluh besar berpenduduk lebih dari 50 juta orang.
Sekarang mari kita lihat, dimana posisi negara lain dengan
populasi sepuluh besar terbanyak di dunia. Indonesia berada di posisi 46, India
di 67, Nigeria di 78, dan bahkan Pakistan dan Bangladesh yang berpenduduk lebih
dari 160 juta jiwa belum meraih medali apapun. Kondisi ekonomi tentu
mempengaruhi capaian ini. Negara-negara tersebut lebih memilih menggunakan
anggaran negara mereka untuk prioritas pembangunan lain, ketimbang untuk
mengirim atlet ke olimpiade. Indonesia hanya mengirim 28 atlet, Nigeria 6 atlet
dan Pakistan serta Bangladesh masing-masing 7 atlet.
Kondisi berbeda terjadi pada India, meski telah mengirim 121
atlet, India baru meraih 1 perak dan perunggu. Disini mungkin India belum
terlalu mengukur kemampuan atlet yang dikirim dan memprediksi kemungkinannya
untuk menang, atau ini bagian dari strategi India untuk memberikan pengalaman
kepada atlet-atlet mereka. Selanjutnya, sistem pembinaan yang diberikan
terhadap atlet maupun organisasi olahraga terkait di negara-negara tadi tentu
juga turut berpengaruh terhadap capaian mereka. Seperti di Indonesia, sejumlah
bidang olahraga belum terlalu dikelola dengan baik dan kesejahteraan atlet pun
juga menjadi isu lain yang membuat negara kekurangan atlet berkualitas.
Sekarang mari belajar dari Britania Raya yang jumlah
penduduknya hanya seperempat dari penduduk Indonesia namun berhasil medali emas
27 kali lebih banyak dari Indonesia. Memang Britania Raya merupakan negara yang
jauh lebih maju dari Indonesia, namun justru karena itu, hal ini akan menjadi
contoh yang ideal jika 230 juta populasi Indonesia ingin meraih lebih dari 1
emas di olimpiade. Sekolah-sekolah di Britania Raya, sudah menyiapkan fasilitas
yang lengkap untuk berolah raga, hal ini membuat para atlet berkembang lebih
cepat dari sekolah-sekolah mereka. Mulai dari
kolam berenang, ring tinju, gym hingga dojo untuk judo dan taekwondo,
semua tersedia. Para atlet professional juga menggunakan fasilitas tersebut
saat malah hari, diluar jam sekolah.
Britania Raya juga menyediakan fasilitas bagi keluarga atlet
di lokasi olimpiade. Hal ini memberikan dukungan yang diyakini mampu menunjang
performa para atlet. Kemudian ada juga restoran khusus disediakan bagi para
atlet Britania Raya, mereka dinutrisi dengan makanan khusus untuk mengkontrol
kesehatan mereka. Fasilitas-fasilitas ini juga dilengkapi dengan petugasnya
langsung dari Britania Raya, bahkan Britania Raya juga menyediakan penerjemah
dikarenakan banyak orang Brazil tidak bisa berbahasa Inggris. Disamping
fasilitas, pelatih yang terakreditasi juga dipilihkan bagi para atlet Britania
Raya.
Memang ini akan menjadi jalan panjang untuk Indonesia untuk
bisa mencapai prestasi Britania Raya, namun demikian setidaknya jalan panjang
tersebut bisa dimulai langkah strategisnya dari sekarang. 230 juta populasi
Indonesia memiliki potensi luar biasa yang bisa diberdayakan, apalagi menjelang
bonus demografi yang akan dicapai di 2025 nanti, dimana generasi muda berbakat
akan menjadi kelompok mayoritas penduduk Indonesia. Hal ini tentu membutuhkan
partisipasi dari banyak pihak untuk mewujudkannya. Selamat kerja, kerja dan
kerja, jangan lupa berolahraga!
Tulisan ini dipublish di IndonesiaFC
No comments:
Post a Comment