Monday, August 29, 2016

Kenapa 230 juta populasi hanya dapat satu emas?




Brasil akhirnya meraih medali emas di Olimpiade Rio 2016 untuk cabang sepak bola putra setelah mengalahkan Jerman. Namun tim putri Jerman sebelumnya mengobati kekalahan ini, untuk kali pertama, mereka meraih medali emas Olimpiade seusai mengalahkan Swedia di final. Hal ini akhirnya membuat kedua negara masuk dalam daftar negara peraih medali emas untuk sepakbola di olimpiade.

Negara peraih gelar juara sepakbola olimpiade terbanyak bukanlah Brasil, Argentina, Jerman atau negara sepakbola yang lain, melainkan adalah Hungaria. Hungaria merupakan tim dengan raihan medali emas Olimpiade terbanyak, bersama Britania Raya dengan tiga gelar. Hungaria menjadi juara pada Helsinki 1952, Tokyo 1964, dan Mexico City 1968. Ada pula Rusia yang menjadi juara Olimpiade dua kali ketika masih bernama Uni Soviet. Mereka melakukannya pada 1956 dan 1968.
Sementara itu, Argentina menjadi negara tersukses di abad 21 dengan kesuksesannya meraih medai emas pada tahun 2004 dan 2008. Pada tahun 2008, di bawah komando Lionel Messi, pemain terbaik asal Barcelona tersebut sukses mempersembahkan medali emas bagi negaranya. Negara lain yang berhasil meraih medali emas di abad ini adalah Kamerun (2000), Meksiko (2012), dan terakhir, Brazil.

Yang menarik, faktanya sejak sistem timnas u-23 diperkenalkan di Atlanta 1992 hanya Spanyol satu-satunya negara Eropa yang berhasil menjadi kampiun. Selebihnya, medali emas dikuasai oleh Nigeria dan Kamerun dari CAF (Afrika), lalu Argentina dua kali dari CONMEBOL (Amerika Selatan), juga Meksiko dari CONCACAF (Amerika Utara dan Tengah)

Lalu pertanyaan klasiknya, mengapa negara-negara tersebut yang juara? Dan jawaban klasiknya tentu karena negara tersebut punya banyak pemain berkualitas yang dapat bekerjasama dalam tim yang juga baik. Berikutnya bagaimana mereka bisa mendapatkan dan melahirkan pemain-pemain tersebut? Negara-negara di atas memilih para pemainnya, Brazil dari 200 juta penduduknya, Jerman dari 80 juta jiwa dan Hungaria dari 10 juta penduduknya di tahun 1968, terakhir kali mereka meraih emas sepakbola di olimpiade. Lalu Argentina, Kamerun dan Meksiko, masing-masing berturut dari 39 juta, 15 juta dan 120 juta jiwa, saat mereka meraih juara.

Dari fakta di atas, hanya Brazil negara yang memiliki jumlah populasi lebih dari 200 juta dan berhasil meraih emas sepakbola di Olimpiade, akhirnya di 2016. Lalu bagaimana dengan raihan Brazil di olahraga lain pada olimpiade saat ini? Per 22 Agustus lalu, dari 471 atletnya Brazil meraih 7 emas dan berada di posisi 13. Adalah deretan angka-angka yang menarik, statistik menunjukkan bahwa negara berpopulasi besar yang bahkan sudah mengirim ratusan atlet di olimpiade, namun masih sulit setidaknya berada dalam posisi sepuluh besar.

Jika kita melihat posisi raihan saat ini, hanya Amerika Serikat, Rusia, Jepang dan Tiongkok, adalah empat negara di sepuluh besar yang berpopulasi juga sepuluh besar terbanyak di dunia. Sementara itu, Britania Raya yang hanya dengan populasi 64 juta jiwa berhasil meraih 27 emas dan berada di posisi kedua. Yang paling menakjubkan adalah Australia, hanya dari 23 juta jiwa, negara ini berhasil di posisi ke sepuluh dengan 8 emas. Negara lain yang ada di sepuluh besar berpenduduk lebih dari 50 juta orang.

Sekarang mari kita lihat, dimana posisi negara lain dengan populasi sepuluh besar terbanyak di dunia. Indonesia berada di posisi 46, India di 67, Nigeria di 78, dan bahkan Pakistan dan Bangladesh yang berpenduduk lebih dari 160 juta jiwa belum meraih medali apapun. Kondisi ekonomi tentu mempengaruhi capaian ini. Negara-negara tersebut lebih memilih menggunakan anggaran negara mereka untuk prioritas pembangunan lain, ketimbang untuk mengirim atlet ke olimpiade. Indonesia hanya mengirim 28 atlet, Nigeria 6 atlet dan Pakistan serta Bangladesh masing-masing 7 atlet. 

Kondisi berbeda terjadi pada India, meski telah mengirim 121 atlet, India baru meraih 1 perak dan perunggu. Disini mungkin India belum terlalu mengukur kemampuan atlet yang dikirim dan memprediksi kemungkinannya untuk menang, atau ini bagian dari strategi India untuk memberikan pengalaman kepada atlet-atlet mereka. Selanjutnya, sistem pembinaan yang diberikan terhadap atlet maupun organisasi olahraga terkait di negara-negara tadi tentu juga turut berpengaruh terhadap capaian mereka. Seperti di Indonesia, sejumlah bidang olahraga belum terlalu dikelola dengan baik dan kesejahteraan atlet pun juga menjadi isu lain yang membuat negara kekurangan atlet berkualitas. 

Sekarang mari belajar dari Britania Raya yang jumlah penduduknya hanya seperempat dari penduduk Indonesia namun berhasil medali emas 27 kali lebih banyak dari Indonesia. Memang Britania Raya merupakan negara yang jauh lebih maju dari Indonesia, namun justru karena itu, hal ini akan menjadi contoh yang ideal jika 230 juta populasi Indonesia ingin meraih lebih dari 1 emas di olimpiade. Sekolah-sekolah di Britania Raya, sudah menyiapkan fasilitas yang lengkap untuk berolah raga, hal ini membuat para atlet berkembang lebih cepat dari sekolah-sekolah mereka. Mulai dari  kolam berenang, ring tinju, gym hingga dojo untuk judo dan taekwondo, semua tersedia. Para atlet professional juga menggunakan fasilitas tersebut saat malah hari, diluar jam sekolah.

Britania Raya juga menyediakan fasilitas bagi keluarga atlet di lokasi olimpiade. Hal ini memberikan dukungan yang diyakini mampu menunjang performa para atlet. Kemudian ada juga restoran khusus disediakan bagi para atlet Britania Raya, mereka dinutrisi dengan makanan khusus untuk mengkontrol kesehatan mereka. Fasilitas-fasilitas ini juga dilengkapi dengan petugasnya langsung dari Britania Raya, bahkan Britania Raya juga menyediakan penerjemah dikarenakan banyak orang Brazil tidak bisa berbahasa Inggris. Disamping fasilitas, pelatih yang terakreditasi juga dipilihkan bagi para atlet Britania Raya.

Memang ini akan menjadi jalan panjang untuk Indonesia untuk bisa mencapai prestasi Britania Raya, namun demikian setidaknya jalan panjang tersebut bisa dimulai langkah strategisnya dari sekarang. 230 juta populasi Indonesia memiliki potensi luar biasa yang bisa diberdayakan, apalagi menjelang bonus demografi yang akan dicapai di 2025 nanti, dimana generasi muda berbakat akan menjadi kelompok mayoritas penduduk Indonesia. Hal ini tentu membutuhkan partisipasi dari banyak pihak untuk mewujudkannya. Selamat kerja, kerja dan kerja, jangan lupa berolahraga!

Tulisan ini dipublish di  IndonesiaFC

No comments:

Post a Comment