Thursday, February 7, 2013

Jepang : 5 Menit Kunci Kemajuan


Asean (Asian) University Students Environmental Forum

Asean University Students Environmental Forum adalah sebuah program edukasi seputar konservasi lingkungan dan pemberdayaan nilai ekonominya. Program ini diadakan oleh Perusahaan AEON 1% Club yang merupakan sebuah perusahaan retail internasional dan telah berkembang di sejumlah negara di Asia. Program ini diikuti oleh mahasiswa terpilih dari Jepang, Indonesia, Thailand, dan Vietnam. Masing-masing negara mengirimkan 24 orang mahasiswanya.

Masing-masing negara diwakili oleh perguruan tinggi terbaiknya. Dari Indonesia terdiri dari UI dan Unpad, Vietnam diwakili University of Social Sciences and Humanities dan University of Education, lalu Thailand ada Thamassat University dan Chulalongkorn University, dan Jepang berasal dari beragam kampus, yaitu ; Waseda University, Kobe University, Tohoku University, Kyushu University, Chiba University, Nagoya University, Shiga University, Hokkaido University, Kyoto University, dan Tokyo Institute of Technology.

Yang unik dari program ini adalah terkait penamaannya, ketika undangan awalnya datang ke UI, program ini bernama Asian Students Exchange Progam. Namun setelah sampai di Jepang, di sejumlah atribut kegiatan ini tertulis nama ‘Asean University Students Environmental Forum’. Yang menarik disini adalah inkonsistensi penggunaan kata ‘Asian’ menjadi ‘Asean’. Hingga saat ini, hal ini masih menjadi tanda tanya yang belum terpecahkan.

Program ini terdiri dari sejumlah kegiatan, mulai dari kuliah umum, kunjungan ke LSM, pusat studi, pemerintahan, kota kuno, museum sains, teknologi pengolahan air, konservasi kebudayaan asli Jepang, diskusi kelompok, presentasi, hingga kunjungan ke Tokyo Disney Land.

Tokyo dan Disney Land

Program ini berlangsung di sejumlah kota di Jepang. Dimulai dari Tokyo, kegiatan pembukaan dan dua hari pertama dari program ini dihabiskan di Tokyo. Tokyo yang satu abad yang lalu adalah sebuah negeri yang masih kental dengan kebudayaan asli Jepang, saat ini telah berubah menjadi sebuah kota megapolitan. Modernisasi kota Tokyo telah berlangsung puluhan tahun dan berkembang begitu pesat. Sejumlah pusat industri, bisnis, hiburan, dan sumber-sumber perekonomian menjulang tinggi bersama para gedung pencakar langit Tokyo.

Di antara sejumlah gedung-gedung megah Tokyo, terselip Tokyo Disney Land, salah satu pusat hiburan terkemuka di dunia. Keberadaan Tokyo Disney Land ini di Jepang menjadi sebuah fenomena menarik jika sandingkan dengan kondisi dunia kartun Jepang yang cukup mendunia. Disini kartun Jepang seperti dicibirkan oleh kekuatan kapital Walt Disney yang berhasil membuat Tokyo Disney Land yang cukup terkenal seantero dunia.

LSM : Lembaga Serius Menangani

Dalam kegiatan kunjungan ke lembaga swadaya masyarakat (LSM), LSM yang dikunjungi adalah Asaza Foundation. LSM ini berfokus pada studi teori dan terapan dari ilmu lingkungan yang mencakup sejumlah teknologi konservasi lingkungan hingga manajemen lingkungan yang efektif. Dilihat dari kemasan luarnya, terkesan LSM ini seperti perusahaan besar yang sudah memiliki sistem yang sudah bagus. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh paradigma yang sebagian besar berkembang di Indonesia bahwa LSM cenderung kecil dan kurang berkembang dengan baik.

LSM ini sangat berbeda dengan sebagian besar LSM di Indonesia. LSM ini memiliki keseriusan yang sangat tinggi dalam mencapai visinya. Terlihat dari program-program yang dilakukan seperti konservasi dan pemberdayaan hutan, sekolah lingkungan, pemberdayaan dan pencerdasan masyarakat seputar isu lingkungan, pengembangan agrikultur ramah lingkungan, industri perikanan, dan sejumlah program kreatif lainnya.

Program-program yang dilakukan oleh LSM ini tidak hanya dilakukan sendiri, namun juga mengajak bekerjasama sejumlah pemangku kebijakan seperti pemerintah, swasta, akademisi, dan masyarakat. Maka dari itu mungkin LSM Asaza Foundation ini bisa diartikan lebih dari lembaga swadaya masyarakat, tapi adalah Lembaga yang Serius Menangani sejumlah permasalahan yang ada di kompetensi intinya.

Kyoto dan Shiga : Think Globally Act Locally

Usai dari Tokyo, kegiatan bertolak ke Kyoto menggunakan kereta tercepat di dunia, Shinkansen. Jarak sejauh Jakarta-Semarang dari Tokyo ke Kyoto hanya ditempuh dalam waktu tiga jam. Inilah hasil etos kerja keras dari para pemuda Jepang. Jepang yang semakin maju dan semakin terbuka telah membawa sejumlah perubahan terhadap berbagai aspek kehidupan mereka, tidak terkecuali persoalan keyakinan.

Shinto, yang merupakan kepercayaan asli Jepang saat ini sudah hampir sirna. Kemudian Budha yang juga memiliki banyak penganut di Jepang, dari tahun ke tahun jumlahnya semakin menurun, begitu juga dengan kristen yang datang belakangan. Tren yang meningkat adalah atteis dan agnostic. Perkembangan ilmu pengetahun membuat eksistensi Tuhan bagi mereka semakin lemah dan pada akhirnya mereka memilih untuk tidak beragama atau tidak menjalankan ritual-ritual ibadah keagamaan.

Namun ditengah tren di atas yang meningkat, penghormatan Jepang terhadap kebudayaan asli mereka masih cukup tinggi. Kota Kyoto contohnya, yang dipertahankan sebagai kota konservasi kebudayaan asli mereka dan juga kepercayaan lama mereka. Sejumlah bangunan dengan arsitektur khas Jepang, rumah-rumah ibadah, hingga ritual-ritual kebudayaan lama masih dijaga dengan sangat rapi dan kemudian diberdayakan juga untuk potensi pariwisata.

Setelah Kyoto, kota berikutnya yang dikunjungi adalah Shiga yang tidak jauh dari Kyoto. Kota ini cukup tenang, kecil, dan damai. Di kota ini terdapat kawasan bernama Omihachiman, ialah sebuah kota kuno yang menyimpan sejumlah situs sejarah dan masih sangat terawat. Daerah ini bagaikan kampung madani yang begitu tenang dan tentram. Dibalik rumah-rumah kuno tersebut, bersama kearifan lokal mereka terpadu kemajuan teknologi dan keluasan ilmu pengetahuan yang mensejahterakan kehidupan mereka.

Selanjutnya di Shiga juga ada kunjungan ke Museum Lake Biwako. Museum ini sangat terawat dan megah. Di dalam museum ini menceritakan tentang sejarah fisik dan sosial budaya di Danau Biwako. Tidak sekedar museum, juga terdapat studi riset yang dilakukan oleh museum ini untuk terus meningkatkan kualitas dan kuantitas isi museum mereka.

Kyoto dan Shiga, itulah dua kota yang telah berpikir global atas kebijakan-kebijakan mereka, namun bertindak secara lokal demi tetap menjaga karakter asli mereka dan menyejahterakan peradaban mereka.

5 Menit dan Japanese Western

Sepanjang pelaksanaan semua kegiatan dalam program ini, ada sebuah pola disiplin yang menarik dalam memandang waktu. Jika di Indonesia banyak berlaku toleransi waktu keterlambatan selama lima belas menit lebih telat dari waktu sebenarnya, di Jepang toleransi ini berlaku sebaliknya. Jika memiliki jadwal kegiatan dimulai pukul 7.00, maka berarti sudah harus sampai di tempat kegiatan tersebut lima menit lebih awal. Hal ini mencerminkan penghormatan yang tinggi oleh orang Jepang terhadap pemanfaatan waktu.

Ada dua jenis tipikal orang Jepang, yaitu Jepang asli dan Japanese Western. Jepang asli adalah mereka yang jarang berkunjung ke luar negeri dan bersikap cenderung tertutup terhadap warga asing. Jepang asli ini masih belum ter-globalisasi secara pola pikir, namun memiliki nasionalisme tinggi. Lalu japanese western adalah mereka yang sering berkunjung ke luar negeri untuk studi dan berbagai kegiatan. Mereka relatif lebih terbuka dan open mind. Dalam program ini mahasiswa Jepang yang terlibat adalah yang tipikal japanese western, semua mereka telah pernah studi ke sejumlah negara maju lainnya.

Dua hal di atas karakter disiplin waktu dan dua jenis tipikal warga Jepang di atas menjadi salah satu kunci kemajuan Jepang. Dengan gaya disiplin yang sangat tinggi terhadap waktu, orang Jepang dapat memaksimalkan setiap detik yang mereka punya dengan sangat produktif. Dua jenis tipikal warga Jepang tadi menjadi saling melengkapi satu sama lain. Ada yang bertugas menyerap ilmu ke luar negeri dan kemudia mereka transfer ke dalam negeri, lalu memberdayakan potensi Jepang asli yang memiliki nasionalisme tinggi tersebut untuk membangun kemajuan negaranya.

No comments:

Post a Comment