1st Inter-Civilization
Dialogue on Youth Volunteerism merupakan sebuah konferensi aktifis pemuda dunia
yang bergerak di bidang sosial. Tahun 2012 adalah tahun kedua penyelenggaraan kegiatan ini yang
melibatkan berbagai negara di dunia seperti Thailand, Nepal, India, Australia,
Vietnam, Fhilipina, Brunei, Jepang,
Indonesia, dll.
Terdapat lebih dari 200 orang pendaftar dan saya termasuk satu dari 40 orang yang aktifis pemuda yang akhirnya
lolos sebagai peserta. Saya ditemani oleh beberapa orang teman Indonesia lainnya
dari UGM, UNIBRAW, UIN, dan AKAMIGAS.
Tema tahun ini adalah “How Youth can be a
catalyst of change in the promotion of peace and in the attainment of 8 United
Nations Millennium Development Goals (MDG’s)”. Saya sendiri memilih poin MDG’s
yang “Achieve Universal Primary Education” sebagai fokus diskusi dan pemaparan
ide.
Konferensi ini terselenggara atas
kerjasama berbagai lembaga, diantaranya adalah United Nations Alliance for Peace Volunteerism(UNAPVO) sebagai partner utama, Asosiasi Volunteer Philippines sebagai panitia teknis, dan UNESCO Young Professionals Club Philippines sebagai pendukung kegiatan.
Konferensi ini bertujuan untuk
mengidentifkasi dan mengumpulkan berbagai gagasan yang dimiliki oleh aktifis
pemuda dari
berbagai organisasi di dunia untuk terlibat dalam penyelesaian permasalahan global yang hingga
kini masih dialami oleh jutaan orang di dunia yang pada kegiatan tahun ini difokuskan pada
isu MDG’s. Konferensi ini diadakan selama tiga hari di Great Eastern
Hotel Makati City, Manila
Philippines
(25-27 Mei 2012).
Dompet Dhuafa sebagai
sebuah lembaga yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat telah memberikan
bantuan pembiayaan bagi saya dalam 1st Inter-Civilization Dialogue on Youth Volunteerism dalam rangka memberikan
dukungan terhadap pengembangan diri saya sebagai penerima manfaat di Beasiswa Aktivis
Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa. Bantuan ini juga kembali menguatkan kontribusi
Dompet Dhuafa tehadap usaha pengentasan kemiskinan. Berikut adalah laporan
pertanggungjawaban yang dibuat oleh saya sebagai bentuk pertanggungjawaban
kepada pemberi bantuan.
Konten Kegiatan
Saya berangkat dari Bandara
Soekarno-Hatta pada tanggal 25 Mei 2012
pukul 00.55 WIB menggunakan maskapai
penerbangan Philippines
Airlines.
Selama sekitar 4
jam saya menghabiskan waktu di perjalanan. Saya tiba di Manila pada sekitar pukul 4.45 waktu setempat. Dari Ninoy Aquino International Airport, saya gagal menemui panitia penjemput karena
ada sedikit kesulitan teknis komunikasi. Akhirnya saya langsung menuju hotel
tempat konferensi menggunakan taksi bandara. Pembukaan kegiatan dimulai pada hari tersebut pada
pukul 13.00. Saya berhasil
sampai di sana satu jam sebelum acara dimulai.
Acara pertama di
pembukaan dimulai dengan Cultural
Performance dan Roll
Call of Participants. Dalam kesempatan tersebut saya mewakili
delegasi Indonesia untuk memberikan sambutan singkat. Selanjutnya dilanjutkan
dengan Welcome Address dari Josephine
Barbi M. Balilia (President UNAPVO).
Setelah pembukaan kegiatan
, dilanjutkan
dengan Lecture dari UNESCO Young
Professionals dengan judul "Peace with Volunteerism Activity" dari Atty.
Pearl Fatima Evardone,(Adviser). Kemudian setelah itu, disambung oleh Lecture
on UN MDG Goal 8 dari Ms. Rachel
Giacchero (Ethiopia, World Peace
Initiative Foundation on the Peace Revolution project in Pathum Thani, Thailand).
Presentasi
terakhir pada hari itu adalah tentang “Peace with Kids” dari Ms. Rosan Aliya
Agbon, (Kids for Peace Foundation, Inc). Usai presentasi tersebut kegiatan
dilanjutkan dengan ”Peace Cafe” dimana disana antar peserta diberikan
kesempatan untuk lebih saling mengenal satu sama lain.
Keesokan harinya acara
berlanjut masih di tempat yang sama, Great Eastern Hotel. Dimulai sejak pukul 8 pagi dengan Lecture
on UN MDG Goal 7 yaitu Ensure Environmental Sustainability dari Ms. Noemi M.
Pamintuan-Jara, Co-founder, Kolisko
Waldorf School. Waldorf School merupakan sebuah gerakan sekolah cinta lingkungan yang
sudah tersebar di beberapa negara di dunia, salah satunya yaitu di Philippines.
Setelah itu, dilanjutkan dengan Lecture on Peace Enhancement Project dari Ms.
Franceline Jimenez, UNESCO Youth Peace Ambassador.
Usai presentasi,
kegiatan dilanjutkan dengan Focus Grup
Discussion yang membahas isu per poin MDG’s. Saya bergabung dengan kelompok
sesuai dengan poin MDG’s yang saya pilih sebelumnya yaitu “Achieve Universal
Primary Education”. Disana kita berdiskusi tentang kondisi kekinian yang
terjadi di negara masing-masing seputar poin isu tersebut. Dalam kelompok saya
ketika itu terdapat delegasi yang berasal dari Philippines, India, Australia,
dan Vietnam. Dari hasil diskusi tersebut kita merumuskan apa saja permasalahan
yang ada dan bagaimana solusi terhadap permasalahan tersebut.
Diskusi berlangsung hingga waktu
makan siang. Usai makan siang kegiatan dilanjutkan dengan Lecture on UN MDG 1
and 2: Eradicate Poverty and Hunger and Achieve Primary Education, "Peace
with Education and Poverty Alleviation": dari Ms. Leica Burley, Head of
Year 10, dari Australia. Delegasi ini telah 22 tahun menjadi guru di Australia
dan ia bercerita tentang bagaimana menjadi guru yang menginspirasi.
Kemudian, selanjutnya kegiatan
dilanjutkan dengan presentasi dari tiap-tiap kelompok per pon MDG’s untuk
memaparkan hasil diskusi kelompoknya. Saya bersama kelompok saya merumuskan
beberapa permasalahan pendidikan terkait isu MDG’s yang kita bahas. Untuk
Indonesia, disana saya memaparkan bagaimana permasalahan Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) yang belum mampu terealiasi dengan tepat sasaran.
Solusi yang saya tawarkan ketika itu
yang pertama adalah advokasi pemberantasan korupsi di bidang pendidikan.
Kemudian langkah kedua yaitu melalui pergerakan sosial. Disana saya
memperkenalkan konsep zakat yang diterapkan Dompet Dhuafa sebagai langkah fundraising yang efektif. Potensi zakat
yang besar berpeluang menjawab kebutuhan pendidikan dasar di Indonesia.
Setiap kelompok per poin MDG’s
memaparkan tentang permasalahan-permasalahan yang terjadi terkait masing-masing
isu di negara tiap delegasi dan mereka juga merekomondasikan berbagai solusi
terkait permasalahan tersebut. Banyak ide-ide menarik muncul dari mereka dan
dapat menjadi saran yang bisa diadopsi untuk menjawab permasalahan di tanah
air.
Selanjutnya, setelah semua kelompok
presentasi, kegiatan dilanjutkan dengan Lecture on Peace with Health: United
Nations Millennium Development Goal , Goal 6: Combat HIV/AIDS,malaria, and
other diseases: oleh Ms. Dina Kusumaningsih dari Indonesia. Ia adalah mahasiswa
Sosiologi UI yang aktif melakukan penelitian terkait isu ini. ia menjelaskan
disana tentang salah satu penelitiannya yang membandingkan perbedaan sikap
orang miskin dan orang kaya terhadap kesehatan.
Malam harinya, kegiatannya adalah Cultural Night dimana tiap negara
menampilkan pertunjukan kebudayaannya. Sebelumnya diberikan waktu untuk
persiapan. Beberapa delegasi dari Indonesia telah menyiapkan pertunjukkan ini
dengan membawa pakaian-pakaian daerah dari daerah mereka masing-masing. Ada
yang dari Jawa Tengah, Jogjakarta, dan Sumatera Selatan. Lalu ada juga yang membawa
perlengkapan bela diri tionghoa. Kemudian yang wanita menyiapkan tarian
tradisional dari Sumatera Barat.
Sementara saya sendiri hanya membawa
sebuah baju batik dan kumpulan audio visual digital seputar Indonesia serta
ide-ide kreatif memadu pagelaran seni. Saya pun mencoba mengkombinasikan
kepingan-kepingan kebudayaan Indonesia yang telah dibawa oleh para delegasi
Indonesia tersebut. Dengan menganalisa potensi-potensi yang mereka punya saya
berhasil meramu sebuah alur yang brilian.
Dimulai dengan iringan musik
instrumental kecak Bali yang menampilkan seni bela diri tionghoa oleh mahasiswa
HI UGM yang sekaligus menjadi narrator dalam pertunjukan tersebut. Usai
penampilan solonya, dilanjutkan dengan pemutaran video pariwisata Indonesia
dalam tajuk Ultimate in Diversity.
Video ini memukau perhatian para delegasi dengan berjuta kekayaan budaya dan
alam yang dimiliki Indonesia. Setelah video, bersama iringan musik Elfa Singer
ditampilkan baju-baju daerah di Indonesia.
Belum berhenti mengagumi
kekayaan-kekayaan Indonesia sebelumnya, para penonton dibuat terkagum kembali
dengan penampilan berikutnya dari Tari Pasambahan asal Sumatera Barat yang
dibawakan oleh delegasi Indonesia yang wanita. Usai tari ini, kemudian semua
delegasi Indonesia bergabung menggetarkan panggung acara malam itu bersama Lagu
Gebyar-Gebyar ciptaan Gombloh yang menebar semangat nasionalisme yang tinggi
kala itu.
Penampilan pertama di malam Cultural Night itu berhasil menyihir
para penonton dan membuat para penampil-penampil berikutnya berada di bawah
tekanan karena harus dibandingkan dengan penampilan pertama Indonesia yang wonderful. Penampilan-penampilan
selanjutnya pun berlalu dengan warna-warna masing-masing. Pada akhir acara
semua penampil pun tampil bersama menyatu dalam ikatan perdamaian global. Malam
itu berakhir dengan indah, dimana perdamaian dunia terasa begitu harmonis.
Hari berikutnya adalah hari terakhir.
Kegiatannya adalah Community Immersion.
Kegiatan tersebut bekerja sama dengan NGO ANCOP, sebuah NGO yang membantu para
penduduk miskin dalam bentuk pemberian rumah dan sekolah bagi para anak-anak
miskin. Pagi itu usai mendapat penjelasan singkat tentang profil ANCOP, kita
memulai perjalanan menuju sebuah kawasan binaan ANCOP di Las Pinas, satu jam
dari Makati City.
Di Las Pinas, kita menemui sebuah
rumah susun hasil buatan ANCOP. Dahulunya warga disana hidup di pemukiman kumuh
dan rusak, lalu ANCOP pun mengubahnya menjadi seperti rumah susun. Usai dari
sana, kita melanjutkan ke daerah lain yang tidak jauh dari sana dimana sedang
berlangsung proses pembangunan rumah susun ANCOP. Disana kita turut serta
membantu proses teknis pembangunan seperti penggalian lobang fondasi bangunan,
mengangkat pasir, dan kegiatan lainnya yang bertujuan untuk lebih dekat dengan
warga miskin disana.
Selanjutnya, kami pun kembali ke
hotel dan menjalani kegiatan penutupan. Maka berakhirlah semua rangkaian
kegiatan tersebut. Banyak inspirasi yang saya temui disana, bagaimana setiap
aktifis memiliki kreatifitasnya masing-masing dalam membuat gerakan perubahan
sosial di negaranya masing-masing, dan mereka juga tidak hanya memikirkan perdamaian
di negaranya saja, namun juga untuk perdamaian dunia.
No comments:
Post a Comment