Sunday, April 15, 2012

KONSEP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DALAM KEGIATAN KEMAHASISWAAN SEBAGAI SOLUSI PEMBERANTASAN BIBIT KORUPSI DI KAMPUS


Korupsi memang persoalan yang kompleks, apalagi ketika masalah tersebut sudah mengakar seperti di Indonesia. Persoalan korupsi yang terjadi di mahasiswa merupakan suatu bukti kegagalan dari sistem pendidikan di Indonesia. Pendidikan karakter yang belum terurus. Kebiasaan mark up anggaran kegiatan dalam pengajuan proposal kegiatan sudah menjadi sangat lazim di mahasiswa dengan alasan jaga-jaga anggaran.
Kebiasaan yang katanya buat jaga-jaga tersebut lama kelamaan berubah menjadi suatu yang memang disengaja untuk mendapatkan dana yang akhirnya disalahgunakan. Hal ini merupakan suatu bibit korupsi yang berpotensi sangat merusan masa depan bangsa. Jika baru berhadapan dengan dana yang dalam jumlah kecil saja mereka sudah berlaku demikian, bagaimana nanti jika berhadapan dengan dana yang jauh lebih besar. Ini harus diperbaiki dari sekarang. Mark up anggaran harus diatur ketentuannya.
Bagaimana cara mengatur ketentuan mark up anggaran. Mahasiswa boleh me-mark up anggaran kegiatan yang dirancangnya dalam suatu pengajuan proposal kegiatan dengan tujuan memang untuk mengantisipasi kekurangan dana atau salah prediksi anggaran. Namun hal yang harus diatur disini adalah bagaimana jika dana tersebut ternyata melebihi dari kebutuhan acara maka harus ada ketentuan baru yang berlaku.
Maka adalah konsep Corporate Social Responsibility (CSR) yang akrab dilakukan oleh perusahaan dalam bentuk pengabdian masyarakat. Hal yang sama dapat dilakukan oleh mahasiswa dalam setiap kegiatannya. Setiap kegiatan mahasiswa yang mengalami surplus atau kelebihan dana dari anggaran yang diajukan di proposal berkewajiban untuk menunaikan program CSR yang sudah dirancang juga sebelumnya di dalam proposal kegiatan yang diajukan.
Jenis kegiatan dari CSR-nya tentu disesuaikan dengan jenis kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa tersebut. CSR yang ideal adalah yang paling dekat dengan jenis kegiatan yang dilakukan oleh sang pemberi CSR. Jika dalam konteks mahasiswa, selain CSR bisa diberikan kepada objek yang terkait dengan jenis kegiatan mahasiswa tersebut, CSR juga bisa diberikan kepada lingkungan sekitar kampus dengan porsi dan bentuk yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Friday, April 6, 2012

The Raid : 'Kesuksesan' Film ‘Indonesia’ (?)



The Raid, beberapa minggu belakangan ini bioskop seluruh tanah air dipenuhi huru hara massa yang menyerbu film ini. Film lanjutan dari film ‘Merantau’ ini kembali ‘sukses’, bahkan melebih film pertamanya. Film yang bergenre laga ini telah mendulang beragam penghargaan bergengsi di kancah perfilman Internasional. Dalam "The Cadillac People's Choice Award" untuk kategori Midnight Madness dalam ajang Toronto Internasional Film Festival 2011 (TIIF) yang ke-36. Kemudian di Festival Film Sundance 2012 film ini menjadi salah satu dari sebelas film seluruh dunia yang terpilih sebagai kategori "Spotlight" karya yang paling disukai panitia Sundance. Hal ini dinilai oleh banyak kalangan di tanah air sebagai ‘kesuksesan’ film ‘Indonesia’.

Usai menonton film ini, jika kita mencoba menelaah sedikit lebih berbeda dan berani maka akan muncul beberapa pertanyaan. Apakah benar ini dikatakan sebagai sebuah kesuksesan film Indonesia?. Jika ia, maka kesuksesan seperti apakah yang dimaksud?. Lalu apakah benar ini adalah sebuah film ‘Indonesia’?.

The Raid, Film hasil besutan sutradara asing Gareth Huw Evans ini memang telah meraih berbagai penghargaan internasional. Kata kuncinya disini adalah ‘penghargaan internasional’. Sebuah penghargaan yang tentu penilaiannya telah melewati beberapa tahapan yang cukup ‘ketat’. Yang menjadi perhatian disini adalah para juri yang mengawal tahapan tersebut dan indikator penilaian yang digunakan.

Kiblat industri perfilman di dunia tidak bisa dielakkan bahwa dunia barat adalah empunya karena faktor sejarah. Juri yang terlibat dalam penghargaan-penghargaan internasional seperti di atas, sebagian besar bahkan mungkin semuanya adalah yang berasal dari negeri empunya tersebut. Sekalipun ada beberapa yang mungkin berasal dari Asia, tapi tetap saja penilaian kembali bergantung kepada indikator penilaian yang telah ‘dipaksa’ untuk disepakati. Indikator penilaian kualitas suatu film disini ya kembali berkiblat pada hal-hal yang sudah dianggap baik menurut dunia barat.

Singkat kata, jika suatu film berhasil meraih penghargaan internasional berarti film tersebut telah berhasil memenuhi indikator penilaian kualitas film yang ‘baik’ sesuai standar para ‘juri’-nya. Hal inilah yang telah diraih oleh film The Raid.

Film The Raid telah berhasil memenuhi semua indikator ‘baik’ menurut dunia internasional (baca : barat). Dimulai dari ide cerita, film ini pertama jelas dibesut oleh sutradara asing Gareth Huw Evans yang memaksa mempelajari Indonesia secara prematur dalam penggarapan filmnya. Ide dan alur cerita film ini pasti kita rasa sangat akrab dengan banyak film asing, sebut saja salah satunya film prancis ‘Banliue 13’. Setting, pengambilan gambar, adegan, trik, dan banyak hal lainnya sangat sukses menjiplak predikat ‘baik’ menurut dunia internasional (barat).

Selanjutnya, penggarapan skoring musik film The Raid ini dirilis di wilayah Amerika Utara, Amerika Latin dan Spanyol. Hal ini melibatkan musisi papan atas Mike Shinoda, salah satu personil Linkin Park dan Joseph Trapanese seorang komposer berbakat yang menggarap film Walt Disney Tron:Legacy (2010). Ya, film ini sangat ‘barat’.

Sebagian besar orang Indonesia yang telah menonton film ini biasa berkata “filmnya keren banget”. Label film ‘keren’ itu memang telah terpatri dalam mindset sebagian besar orang Indonesia bahwa adalah film yang mirip film ‘barat’. Karena memang selama ini industri film kita telah ikut terjajah juga bersamaan dengan serbuan ‘ulah barat’ lainnya.

Pembelaanya, apakah memang sama sekali tidak ada ciri Indonesia di film ini?. Ya masih ada, sedikit diselipkan melalui beberapa adegan kebodohan. Beberapa humor disisipkan di film ini ditengah aksi-aksi laga yang berlangsung. Humor tersebut berangkat dari perilaku-perilaku bodoh beberapa pemeran dalam film ini. Seperti respon spontan yang konyol, kalimat dialog yang lugu, dan pemilihan sikap untuk lebih menyukai bertarung dengan tangan kosong dibanding senjata serta mengabaikan efisiensi tempo konflik dalam cerita tersebut. Itulah wajah Indonesia yang ditampilkan dalam film ini.

Belum ada nilai-nilai ke-Indonesiaan yang membanggakan yang ditampilkan dalam film tersebut. Kesuksesan film ini adalah karena sukses menjiplak ‘gaya barat’. Maka dari itu film ini belum bisa dinyatakan sebagai sebuah ‘kesuksesan’ film ‘Indonesia. Karena seharusnya disini ‘kesuksesan’ film ‘Indonesia’ adalah ketika film tersebut telah berhasil membawa ‘wajah Indonesia’ yang sesungguhnya menjadi diakui oleh dunia.
Film The Raid bukan berarti gagal. Film Indonesia masih terus belajar mencari gaya dan identitasnya sendiri. The raid adalah salah satu langkah dan proses menuju hal tersebut. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari film ini, terutama bagi kru-kru filmnya yang banyak bekerja sama dengan asing dan tentu juga bagi seluruh insan kreatif perfilman Indonesia.

Semoga film ini menjadi tonggak belajar untuk terus berkarya menciptakan film-film yang utuh ‘Indonesia’ dan sanggup mendefinisikan arti dari ‘kesuksesan’ film ‘Indonesia’.

Tulisan ini bukan tulisan konservatif yang takut akan dunia barat. Kita harus akui bahwa memang kita bisa belajar banyak hal dari mereka. Tapi bukan berarti semua dijiplak demi meraih prestasi yang sesungguhnya besar kemungkinan hal ini adalah konspirasi penjajahan era baru. Ketika satu film Indonesia sukses meraih penghargaan internasional, maka film-film lain pun akan berpatokan kepada film ini. Secara latah, film-film lain mengikuti jejak film ini. Alhasil semua film semakin akan mengikuti standar ‘barat’. Maka punahlah nilai-nilai ke-Indonesiaan.

Jangan sampai hal tersebut terjadi. Indonesia masih memiliki identitas dan standar ‘baik’ sendiri. Film ‘Indonesia’ harus mampu membuktikan hal ini.

Dialektika ini terbuka untuk didiskusikan. :D

Saturday, March 31, 2012

Reinkarnasi Karang Taruna

HIDUP mahasiswa!, HIDUP ‘RAKYAT’ INDONESIA!


Jargon inilah yang selama ini senantiasa menggema di seantero kampus sejagat nusantara. Ada tiga peran utama mahasiswa, yaitu : agent of change, moral force, dan iron stock. Doktrin ini ditanamkan kepada para mahasiswa baru dan dikawal terus untuk selalu membahana di alam pikiran mereka. Jargon dan doktrin tersebut diteriakkan hampir di semua kampus di Indonesia. Dalam euforianya mereka sebut ini sebagai idealisme. Dalam metaforanya mereka anggap ini sebagai tulang punggung pergerakan. Ya begitulah romantisme dunia mahasiswa, kenikmatan dilematis seni berjuang.

Tidak ada yang salah dalam fenomena di atas, proses belajar yang dinamis adalah sesuatu yang positif dalam dunia pendidikan tinggi. Namun alangkah lebih sempurnanya jika romantisme mahasiswa tersebut diurai lebih membumi dan kontekstual. Sehingganya “hidup rakyat Indonesia” yang selalu menggetarkan ruang-ruang pusat kegiatan mahasiswa tersebut tak hanya sebatas jargon. Kondisi ideal sesungguhnya telah terpatri dalam tri dharma perguruan tinggi : pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Hanya saja seringkali tri dharma ini dikalahkan oleh romantisme di atas. Buktinya, masih banyak mahasiswa yang tidak tahu dengan tri dharma tersebut.

Pengabdian masyarakat, poin ketiga dari tri dharma ini adalah solusi bagi romantisme yang lebay di atas. Mendekatkan diri dengan masyarakat dapat melunturkan kadar romantisme tersebut menjadi lebih membumi dan kontekstual. Sebagian mahasiswa telah mencoba langkah ini melalui berbagai pendekatan. Saat ini pendekatan paling populer mereka sebut dengan program pembinaan desa. Banyak ragam dari kegiatan sejenis ini. Mereka turun langsung ke masyarakat memberikan aneka pencerdasan dan bantuan dengan balutan almamater masing-masing dan identitas seorang akademisinya.

Karang taruna, suatu wadah yang akhir-akhir ini sudah terdengar asing di sebagian besar mahasiswa. Wadah perkumpulan pemuda-pemuda tingkat administratif terendah ini namanya sudah hampir terbenam. Bahkan mungkin tidak ada lagi prestige tersisa bagi wadah yang lebih dikenal dengan kumpulan pemuda kampung ini. Mahasiswa terlalu larut dalam romantisme dan balutan status sosial yang disandangnya sehingga mengecilkan karang taruna yang sesungguhnya berpotensi besar sebagai wadah sesungguhnya pengabdian masyarakat.

Pendekatan pengabdian masyarakat oleh mahasiswa melalui karang taruna merupakan sebuah solusi baru yang menebar multimanfaaat. Pertama langkah ini bisa menjadi era reinkarnasi karang taruna. Mahasiswa dengan berbagai pengalaman organisasinya di kampus bisa menghidupkan kembali wadah ini menjadi lebih berkarya memberdayakan pemuda untuk membangun daerah tempat tinggalnya. Kedua hal ini juga sebagai upaya membumikan status mahasiswa. Mahasiswa disini berkontribusi dalam identitasnya sebagai pemuda daerah dimana ia tinggal, melepaskan segala atribut akademisnya. Terakhir inilah memang yang disebut sebagai HIDUP ‘RAKYAT’ INDONESIA!.

Ibnu Budiman
Ketua Umum KSM Eka Prasetya Universitas Indonesia

Sunday, January 8, 2012

KSM EP UI 2012 : Holistik!





28 Tahun Sudah..


28 tahun sudah KSM EP UI berdiri. Mungkin tidak banyak sivitas akademika UI yang tau tentang hal ini. Begitupun dengan anggota KSM sendiri, tidak banyak yang menyadari. 28 tahun, bukanlah usia yang muda untuk sebuah organisasi. Idealnya, dalam usia relatif tua tersebut, KSM sudah sangat matang dalam berorganisasi. KSM seharusnya sudah memiliki sistem organisasi yang mampu melahirkan output-output yang optimal.

Namun pada kenyataannya, seiring dinamika internal maupun eksternal di KSM, kondisi ideal yang seharusnya di atas belum mampu tercapai. Keberlanjutan antar pergantian pengurus belum berjalan dengan lancar. Proses transisi menyebabkan beberapa elemen dalam sistem hilang. Arogansi individu, kelompok, dan berbagai ketidakdewasaan lainnya adalah penyebab kerugian ini.

Kehilangan beberapa elemen dalam sistem di atas memaksa pengurus selanjutnya untuk berjuang membentuk sistem baru secara prematur. Hal ini tentu tidak mampu melahirkan hasil yang maksimal jika dibandingkan dengan sistem yang telah dikembangkan selama beberapa tahun semenjak berdiri.

Rangkaian fakta di ataslah yang pada akhirnya berdampak pada beberapa evaluasi terhadap kinerja KSM 2011, berikut adalah analisis SWOT dari KSM EP UI 2011 :

Strength :
  • Komitmen sebagian besar pengurus dan staff sehingga membuat banyak proker mampu terlaksana
  • Banyak anggota KSM tahun ini yang brilian, kritis, dan punya banyak pengalaman dalam organisasi/kepanitiaan sebelumnya
  • Beberapa proker yang mampu berkontribusi terhadap peningkatan kemampuan anggota KSM maupun diluar KSM
Weakness
  • Tidak adanya SOP keanggotaan dan alur kaderisasi yang rapi sehingga membuat beberapa anggota berkomitmen rendah, menghilang, dan beberapa proker tidak terlaksana serta kurang optimal
  • Rendahnya kesolidan dan sense of belonging anggota karena kurangnya upaya konsolidasi dan pemenuhan kebutuhan anggota
  • Perencanaan program yang kurang matang dan detail membuat beberapa program tertunda dan terkendala masalah keuangan.
  • Kurangnya gaung publikasi kegiatan, produk, dan karya-karya KSM
  • Belum rapinya tata kelola administrasi serta kesekretariatan KSM
  • Citra KSM yang terkesan ekslusif
  • Kesempitan dan kesalahan pemahaman bagi sebagian anggota mengenai definisi ‘prestasi’, membuat banyak anggota KSM melalaikan tanggung jawabnya di KSM dengan alasan lomba atau kompetisi
Opportunity
  • Bantuan dari pembina, alumni, dan jaringan yg cukup luas
Threat
  • Kurang kooperatifnya pengurus sebelumnya dalam melakukan proses transisi terhadap pengurus baru
  • Banyaknya data dan arsip penting yang dihilangkan oleh pengurus sebelumnya, sehingga menyulitkan pengurus baru dalam menyusun sistem baru
  • Sistem pilih kasih dari pihak rektorat dalam pengadaan bantuan terhadap UKM, sehingga fasilitas kelengkapan peralatan di sekre sangat minim
  • Kesibukan anggota KSM di berbagai kepanitiaan/organisasi lain
Berdasarkan analisis SWOT di atas, maka dirumuskanlah langkah-langkah meningkatkan kualitas KSM berikutnya. Langkah-langkah tersebut terangkum dalam konsep “Holistik” berikut :

KSM EP UI 2012 : Holistik!

Visi :
Menjadikan KSM EP UI sebagai wadah keilmuan dan penalaran yang inklusif dan
proaktif di tingkat UI dan tingkat nasional.

Tagline : "Holistik (Pohon Keilmuan Inklusif-Proaktif)"
Deskripsi :

Holistik artinya keseluruhan, melihat sesuatu sebagai suatu satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan, segala sesuatunya merupakan rangkaian mozaik yang mempengaruhi satu dengan lainnya dan memiliki hubungan saling ketergantungan.

Filosofi sebuah pohon adalah sebagai aktivitas kehidupan, suatu kesatuan yang kokoh dan bersifat dinamis serta menebar manfaat bagi lingkungan sekitarnya. Pohon adalah sebuah sistem yang memiliki hirarki dari akar atau landasan yang kuat hingga ranting yang lemah dan seluruhnya adalah satu kesatuan yang solid dan menebar manfaat.

Inklusif berarti antonim dari ekslusif. Terbuka bagi semua jenis gagasan, pemikiran, wawasan, pengetahuan, dan golongan. Hal ini diyakini mampu memperkaya khazanah berpikir setiap insan sebagai makhluk bebas yang memiliki kebebasan berpikir, berpendapat, berdiskusi, dan bereksperimen.

Proaktif berarti memiliki inisiatif dalam memberikan kontribusi yang bermanfaat. Kajian, penelitian, dan penulisan serta aplikasi dalam bentuk pengabdian terhadap masyarakat nantinya akan menjadi wujud nyata KSM EP UI dalam implementasi sikap proaktifnya dalam membangun peradaban yang lebih cerdas.

Misi
  • Menciptakan KSM EP UI sebagai suatu sistem kesatuan yang solid, tangguh, dan dinamis
  • Menjadi wadah aktualisasi diri yang inklusif bagi para anggotanya
  • Memberikan kontribusi karya nyata di bidang keilmuan dan penalaran

Sistem


Struktur Organisasi


Deskripsi
Beberapa perubahan yang terjadi pada struktur organisasi di atas dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu :
  • Terdapat dua wakil ketua, sebagai pengganti dari posisi sekum sebelumnya. Dua wakil ketua ini akan berbagi peran. Wakil I membawahi departemen inti di KSM. Wakil II membawahi biro sebagai supporting system. Hal ini bertujuan untuk mengoptimalkan kinerja dan merapikan rantai komando serta garis koordinasi.
  • Pada setiap biro dan departemen selain kepala atau ketua juga akan terdapat deputi pada masing-masingnya. Hal ini bertujuan untuk optimalisasi kinerja dan juga fungsi kaderisasi.
  • Pada bidang penelitian akan ditingkatkan muatan pengabdian masyarakat sebagai langkah awal pendekatan sebelum dijadikan departemen baru di tahun berikutnya
  • Terdapat bidang baru yang sebenarnya tergolong ke dalam biro, yaitu tim khusus penerbit. Biro ini sengaja dikhususkan sendiri langsung berada di bawah garis koordinasi dan rantai komando ketua umum karena keberadaannya yang masih baru. Tim ini bertanggung jawab khusus terhadap proses penerbitan produk-produk KSM seperti : Dialektika, Newsletter, Jurnal, Hasil Penelitian, dan produk cetak lainnya. Lingkup prosesnya mencakup desain, tata letak, sirkulasi, pencetakan, dan marketing.
Strategi
Dalam rangka menyikapi berbagai evaluasi pada tahun 2011 ada beberapa langkah yang akan ditempuh sebagai solusi, yakni sebagai berikut :
  • Pembuatan SOP pada berbagai sektor, seperti : kaderisasi, keanggotaan, publikasi, penerbitan, dan sektor lainnya. Hal ini bertujuan untuk merapikan kedisplinan kinerja.
  • Menyikapi rendahnya sense of belonging para anggota KSM karena kurangnya upaya penyolidan tim dan pemenuhan kebutuhan mereka, maka pada tahun 2012 setelah open recruitment staff di Februari akan diadakan masa konsolidasi. Masa ini akan memakan waktu dua bulan dari maret hingga april yang difokuskan kepada kegiatan-kegiatan internal dan kultural. Pembekalan anggota dan sekaligus membangun kesolidan.
  • Krida rutin akan diadakan tetap dua minggu sekali dan memakai aula setyaningrum pusgiwa. Pemilihan tempat ini dikarenakan kondisi krida di sekre yang kurang kondusif.

Proker Unggulan


Proker Utama
  • Narration 2012, program lanjutan dari tahun sebelumnya ini akan dijadikan acara terbesar KSM. Waktu penyelenggaraan akan diadakan bertepatan dengan ulang tahun KSM. Konten acara akan disesuaikan dengan konsep yang telah dibuat oleh PO terpilih. Kegiatan ini akan mencerminkan tiga pilar utama KSM : Kajian, Penelitian, Penulisan. Pada puncak acara juga akan digelar KSM Award sebagai bentuk apresiasi KSM terhadap tokoh-tokoh yang berjasa dan berprestasi dalam pengembangan bidang penalaran dan keilmuan.
  • Gw anak KSM!, Program yang mewajibkan anggota KSM Eka Prasetya UI untuk mampu:
  • 1.    Mendesain dan melaksanakan penelitian
    2.    Menuliskan opini dan karya tulis
    3.    Memimpin acara atau kepanitiaan (leadership)
    4.    Menjadi pembicara atau moderator sebuah acara (kemampuan  berbicara di depan umum)
    5.    Memiliki jaringan dan relasi

Proker Bidang

Biro
Humas
  • Pembentukan Forum Komunikasi antar lembaga kemahasiswaan di bidang keilmuan dan penalaran se-UI. Hal ini bertujuan untuk menyinergikan pergerakan keilmuan dan penalaran se-UI. Selanjutnya pergerakan yang lebih besar ini diharapkan mampu untuk membuat anak UI lebih mengenal dengan bidang penalaran dan keilmuan sehingga peminat bidang ini pun bertambah.
Kestari
  • Bedah Sekre KSM : Melengkapi Kelengkapan sekretariat KSM  EP UI ; PC, LCD/Infocus, Wi-fi, dan juga menata ulang tata letak interior sekre demi menciptakan suasana baru dan semangat baru.
  • Kampanye anti plakat dan sertifikat : Pemberian plakat atau sertifikat kepada para pembicara atau tamu KSM akan diganti dengan pemberian buku atau jurnal makarawiratama. Selain itu metode ini akan juga coba disosialisasikan kepada lembaga-lembaga lain se-UI. Hal ini bertujuan untuk merubah budaya pemberian plakat yang kurang bermanfaat jika ditumpuk banyak-banyak. Pemberian buku dipilih sebagai penggantinya karena dinilai jauh lebih bermanfaat.
Wirus
  • Socio-entrepreneurship : Taman Bacaan KSM EP UI di asrama mahasiswa UI. Dilatarbelakangi oleh rak buku KSM yang semakin sepi peminat di sekre dan juga kurangnya media hiburan yang edukatif bagi para mahasiswa UI yang tinggal di asrama, sehingganya pendirian taman bacaan ini dapat menjadi solusi bagi kedua masalah di atas. Kegiatan ini nantinya akan bekerjasama dengan lembaga forkat asrama.

PSDM
  • Sumpah PLD XXV : Kegiatan ini adalah puncak dari kegiatan PLD XXV nantinya yang akan diselenggarakan bertepatan dengan Raker KSM. Dalam kegiatan ini akan diadakan pelantikan dengan deklarasi komitmen PLD XXV yang disebut ‘Sumpah PLD XXV’.
  • Alur Kaderisasi Eka Prasetya : Program ini adalah perapian alur kaderisasi KSM yang selama ini kurang berjalan dengan rapi. Alur kaderisasi akan dibuat lebih sistematis dan dinamis.


Departemen
Kajian
  • Retorika : Pelatihan public speaking. Kegiatan ini bertujuan untuk melatih kecakapan public speaking. Selama ini banyak anggota KSM yang hanya bisa menulis, namun memiliki kemampuan menyampaikan kurang baik.
  • DisAgree!! : Diskusi santap malam hingga pagi hari : Kegiatan ini bertujuan untuk menghidupkan kembali nuansa diskusi dan penalaran di KSM. Dalam kegiatan ini setiap orang dapat berbagi kearifan dan pemikirannya.
  • Kenduri cinta ala mahasiswa : Sebuah kegiatan diskusi kontemporer sekali sebulan yang mengundang lembaga kajian se ui dan terbuka untuk umum.
  • Pekan Kajian KSM : Rangkaian diskusi publik lintas disiplin ilmu yang mengundang tokoh nasional hingga internasional.

Penulisan
  • Kita (harus) juara pimnas! : Kegiatan ini merupakan kemasan baru dari sekolah pimnas pada tahun sebelumnya yang dibuat lebih provokatif. Pelaksanaannya akan berkoordinasi dengan BEM UI dan komunitas UI to PIMNAS.
  • Jurnal Makarawiratama : Tahun 2012 ditargetkan peserta pengisi jurnal ini mencapai tingkat nasional.
  • KSM menulis :Program ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis anggota KSM yang diasah secara rutin dan berkelanjutan. Sekali seminggu setiap anggota diwajibkan menghasilkan sebuah tulisan. Bebas jenis apapun, baik fiksi hingga non-fiksi maupun ilmiah hingga populer. Tulisan terpilih setiap bulannya akan diterbitkan di Dialektika. Selain itu akan ada juga kritik dan saran untuk setiap karya.

Penelitian
  • Research Camp : Sebuah kegiatan camp yang diadakan di suatu desa selama seminggu. Dalam kegiatan tersebut peserta akan dibagi per kelompok untuk melakukan penelitian terkait objek yang ada di desa tersebut. Kegiatan ini bertujuan untuk mendekatkan anggota KSM dengan masyarakat agar dapat merasakan langsung kondisi sesungguhnya, tidak hanya berkutat dalam tataran teori dan wacana.
  • Desa penelitian : Kegiatan ini merupakan sebuah penelitian interdisipliner yang menetapkan suatu desa sebagai objeknya, dan dilakukan secara berkelanjutan. Hasil penelitian ini nantinya akan memberikan sumbangsih bagi pengampu kebijakan di desa tersebut.
Konsep ini masih akan terus membutuhkan proses penyempurnaan. Mari berdiskusi demi membantu proses tersebut. Demi KSM, UI, Indonesia, dan peradaban yang lebih baik.

Salam Holistik!