Saturday, March 31, 2012

Reinkarnasi Karang Taruna

HIDUP mahasiswa!, HIDUP ‘RAKYAT’ INDONESIA!


Jargon inilah yang selama ini senantiasa menggema di seantero kampus sejagat nusantara. Ada tiga peran utama mahasiswa, yaitu : agent of change, moral force, dan iron stock. Doktrin ini ditanamkan kepada para mahasiswa baru dan dikawal terus untuk selalu membahana di alam pikiran mereka. Jargon dan doktrin tersebut diteriakkan hampir di semua kampus di Indonesia. Dalam euforianya mereka sebut ini sebagai idealisme. Dalam metaforanya mereka anggap ini sebagai tulang punggung pergerakan. Ya begitulah romantisme dunia mahasiswa, kenikmatan dilematis seni berjuang.

Tidak ada yang salah dalam fenomena di atas, proses belajar yang dinamis adalah sesuatu yang positif dalam dunia pendidikan tinggi. Namun alangkah lebih sempurnanya jika romantisme mahasiswa tersebut diurai lebih membumi dan kontekstual. Sehingganya “hidup rakyat Indonesia” yang selalu menggetarkan ruang-ruang pusat kegiatan mahasiswa tersebut tak hanya sebatas jargon. Kondisi ideal sesungguhnya telah terpatri dalam tri dharma perguruan tinggi : pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Hanya saja seringkali tri dharma ini dikalahkan oleh romantisme di atas. Buktinya, masih banyak mahasiswa yang tidak tahu dengan tri dharma tersebut.

Pengabdian masyarakat, poin ketiga dari tri dharma ini adalah solusi bagi romantisme yang lebay di atas. Mendekatkan diri dengan masyarakat dapat melunturkan kadar romantisme tersebut menjadi lebih membumi dan kontekstual. Sebagian mahasiswa telah mencoba langkah ini melalui berbagai pendekatan. Saat ini pendekatan paling populer mereka sebut dengan program pembinaan desa. Banyak ragam dari kegiatan sejenis ini. Mereka turun langsung ke masyarakat memberikan aneka pencerdasan dan bantuan dengan balutan almamater masing-masing dan identitas seorang akademisinya.

Karang taruna, suatu wadah yang akhir-akhir ini sudah terdengar asing di sebagian besar mahasiswa. Wadah perkumpulan pemuda-pemuda tingkat administratif terendah ini namanya sudah hampir terbenam. Bahkan mungkin tidak ada lagi prestige tersisa bagi wadah yang lebih dikenal dengan kumpulan pemuda kampung ini. Mahasiswa terlalu larut dalam romantisme dan balutan status sosial yang disandangnya sehingga mengecilkan karang taruna yang sesungguhnya berpotensi besar sebagai wadah sesungguhnya pengabdian masyarakat.

Pendekatan pengabdian masyarakat oleh mahasiswa melalui karang taruna merupakan sebuah solusi baru yang menebar multimanfaaat. Pertama langkah ini bisa menjadi era reinkarnasi karang taruna. Mahasiswa dengan berbagai pengalaman organisasinya di kampus bisa menghidupkan kembali wadah ini menjadi lebih berkarya memberdayakan pemuda untuk membangun daerah tempat tinggalnya. Kedua hal ini juga sebagai upaya membumikan status mahasiswa. Mahasiswa disini berkontribusi dalam identitasnya sebagai pemuda daerah dimana ia tinggal, melepaskan segala atribut akademisnya. Terakhir inilah memang yang disebut sebagai HIDUP ‘RAKYAT’ INDONESIA!.

Ibnu Budiman
Ketua Umum KSM Eka Prasetya Universitas Indonesia

No comments:

Post a Comment