Konflik yang terjadi antara Indonesia dan Malaysia mengalami
puncak panas diawali pada era kepemimpinan Presiden Soekarno. Slogan “Ganyang
Malaysia” mengemuka dimana-mana akibat ulah provokasi Soekarno. Konflik yang
terjadi ini sesungguhnya lebih banyak diakibatkan oleh konflik individu antara
Soekarno dengan Tungku Abdul Rahman (Mantan Perdana Menteri Malaysia).
Indonesia ketika itu tidak mau bergabung dengan sebuah komunitas regional
semacam Asean dikarenakan komunitas tersebut adalah buatan Malaysia. Politik
luar negeri kedua negara pun kala itu juga bertentangan, Malaysia sebagai pro
barat yang anti komunis dan Indonesia dengan politik bebas aktif yang cenderung
ke blok kiri (komunis).
Kurangnya pemahaman masyarakat kedua bangsa saat ini tentang
akar sejarahnya masing-masing, hal inilah yang ditenggarai menjadi penyebab tak
kunjung usainya konflik kedua negara ini hingga saat ini. Sesungguhnya akar
kebudayaan kedua negara yang serumpun memiliki banyak kesamaan bukan tanpa
alasan. Dahulunya, banyak negeri di Malaysia yang didirikan oleh pendatang dari
Indonesia, diantaranya adalah Negeri Sembilan, Johor, dan Selangor. Hal inilah
yang kemudian menyebabkan banyak kesamaan produk budaya akhirnya yang terjadi
diantara kedua negara.
Pemaparan terkait tema di atas diuraikan panjang lebar oleh
Linda Sunarti dalam Sidang Promosi Doktornya di Ruang Serbaguna Gedung IV FIB
pada Rabu (17/07) lalu. Disertasi Linda yang mengangkat judul “Penyelesaian
Damai Konflik Indonesia Malaysia 1963-1966”, akhirnya berhasil dipertahankan di
hadapan para penguji dengan predikat ‘sangat memuaskan’. Koordinator Program
Studi (Prodi) Sejarah FIB ini pun kemudian menjadi doktor ke-12 di FIB dan ke-3
di Prodi Sejarah pada Tahun 2013 ini.
Hadir dalam Sidang Promosi ini, sebagai promotor dari Linda
adalah Prof. Dr. Susanto Zuhdi dan kopromotornya Dr. Hariadi Wirawan dan Dr.
Magdalia Alfian. Kemudian sebagai penguji, ada Prof. Dr. Maswadi Rauf, Dr
Erwiza Erman, dan Dr. Yuda B Tangkilisan.
Salah satu pertanyaan pamungkas oleh penguji dalam Sidang
Promosi ini adalah “apa solusi ampuh bagi konflik Indonesia Malaysia saat ini
jika berangkat dari disertasi saudara?”. Linda pun menegaskan bahwa kita harus
belajar dari masa emas hubungan Indonesia Malaysia di Era Presiden Soeharto,
dimana pemimpin kedua negara (Soeharto dan Tun Abdul Razaq) banyak berdialog
dan kemudian mengedepankan konsep serumpun yang kemudian diturunkan menjadi
sejumlah program bersama seperti salah satunya adalah ‘Titian Muhibah’.
No comments:
Post a Comment