Monday, April 8, 2013

PKS Masih Solid di Heartland




"Unggulnya pasangan Gatot-Erry ini sekali lagi menunjukkan solidnya mesin politik PKS di tengah badai yang terjadi, juga tidak berpengaruhnya badai tersebut terhadap persepsi dan pilihan publik”, pernyataan ini dikemukakan oleh Presiden PKS Anis Matta sesaat setelah pengumuman hasil penghitungan suara Pilkada Sumut beberapa waktu yang lalu. Sebelumnya ketika usai menang di Jawa Barat (Jabar), Anis juga menyatakan pernyataan yang seirama. Bahkan Anis juga berujar "Kami menemukan keyakinan PKS akan menang di 2014". Apakah pernyataan ini memang benar adanya dan berpeluang menjadi nyata atau hanya berlaku bagi beberapa wilayah tertentu ?.

Jabar Memicu Sumut

Setelah melalui hari-hari sengit persaingan mulai dari masa kampanye hingga Hari H pemilihan, PKS akhirnya berhasil mempertahankan Jabar dengan calon incumbent-nya, Ahmad Heryawan (Aher). Meskipun perolehan 33, 19 % suara pemilih Jabar yang diraih Aher bersama Deddy Mizwar adalah raihan yang menurun jika dibandingkan dengan raihan pada pilkada sebelumnya Tahun 2008, dimana Aher bersama Dedi Yusuf berhasil meraup suara pemilih hingga 40, 5 %.

Angka 33, 19 % tergolong cukup tipis, hanya 3, 19 % di atas persyaratan 30 % dan selisih 5,69 % dengan Rieke-Teten di posisi kedua yang meraih 27,5 % suara pemilih.

Raihan kemenangan yang sangat tipis ini selain diakibatkan oleh semakin meningkatnya kuantitas dan kualitas pesaing, penyebabnya juga ditenggarai akibat efek dari Kasus Korupsi Daging Sapi Impor Luthfi Hasan Ishaq (LHI) yang mendera PKS beberapa waktu yang lalu. Citra negatif yang tercoreng di muka PKS akibat kasus tersebut diduga menurunkan kepercayaan sejumlah pemilih PKS di Pilkada 2008, sehingganya pada Pilkada 2013 ini mereka tidak lagi memilih PKS.

Dibalik kemenangan tipis yang diraih PKS, kemenangan ini adalah bukti bahwa Jabar memang sebagai salah satu Heartland PKS, daerah yang menjadi wilayah jantung dari pergerakan politik PKS. Pada tulisan saya sebelumnya yang berjudul “Geopolitik PKS”, dijelaskan bahwa Heartland PKS saat ini berada di sebagian besar Sumatera, Jawa Bagian Barat, dan beberapa provinsi di Kalimantan dan Sulawesi. Karakteristik dari daerah yang menjadi Heartland PKS ini adalah bahwa daerah tersebut memiliki kualitas pendidikan yang relatif baik, terutama pendidikan tingginya dikarenakan PKS membidik pasar kader-kader muda dari kelas menengah terdidik.

Di Jabar terdapat sejumlah pesantren, sekolah, dan perguruan tinggi yang berisikan masyarakat kelas menengah muda yang sangat potensial dipegang dan dibina oleh PKS. Merekalah yang menjadi kantong suara kemenangan Aher-Deddy pada pilkada kemaren.

Tidak lama berselang, usai kemenangan di Jabar, PKS kembali menang di Pilkada Sumut. Kemenangan PKS sebelumnya di Jabar disinyalir menjadi pemicu kemenangan PKS di Sumut. Pandangan publik Sumut terhadap PKS yang berhasil menang di Jabar meski dengan raihan tipis, mempengaruhi pilihan pemilih Sumut.

Hasilnya, Gatot Pujo Nugroho – Tengku Eri Nuradi (Ganteng) berhasil meraih 32,12% suara pemilih Sumut. Kemenangan yang juga tipis dan memiliki alasan yang hampir sama dengan penyebab kemenangan di Jabar. Ialah keberadaan Sumut yang juga merupakan heartland PKS, hal ini dibuktikan dari ciri karakteristik daerah yang relatif sama dengan karakteristik di Jabar.

Soliditas di Heartland dan Kerentanan di Rimland

Heartland dalam studi Geografi Politik dipandang sebagai wilayah yang berperan sebagai ‘spatial identity’ dari sebuah entitas, dalam konteks ini entitas tersebut tentu adalah partai politik. Spatial identity adalah karakteristik spesifik dari sebuah entitas yang ditampilkan dari pola-pola keruangan atau spasial dari objek yang menjadi milik dari entitas tersebut. Dalam konteks PKS, yang menjadi objek disini adalah keberadaan lembaga-lembaga pendidikan dan atau komunitas-komunitas pemuda muslim dari kelas menengah terdidik.

Pada studi kasus di Jabar dan Sumut, di kedua provinsi ini terdapat sejumlah perangkat identitas PKS yang melekat kuat dan sudah menjadi karakter dari daerah tersebut. Seperti contohnya keberadaan kelompok-kelompok pemuda Islam yang kemudian melembaga bersama masyarakat dan banyak berkegiatan membaur dengan masyarakat kelas bawah. Dalam proses pembauran inilah pengaruh kekuatan politik PKS ikut mengalir.

Kondisi di atas bukan hanya terjadi di Jabar dan Sumut. Sesungguhnya hal tersebut ikut mencerminkan kondisi yang terjadi di daerah-daerah yang menjadi heartland PKS. Hal inilah yang kemudian ikut memperkuat nilai tawar PKS di daerah-daerah tersebut.

Dalam tahun 2013 ini, ada sejumlah Pemilukada yang akan diselenggarakan di daerah-daerah yang menjadi Heartland PKS. Daerah-daerah tersebut adalah ; dua kota/kabupaten di Aceh, tujuh kabupaten di Sumut, tiga kota/kabupaten di Sumatera Barat (Sumbar), tiga kota/kabupaten di Jambi, pilgub dan satu kabupaten di Riau, tiga kota/kabupaten di Bangka Belitung, pilgub dan lima kota/kabupaten di Sumatera Selatan (Sumsel), tiga kota/kabupaten di Banten, enam kota/kabupaten di Jabar, dua kabupaten di Kalimantan Selatan (Kalsel), dan dua kabupaten di Sulawesi Tengah (Sulteng).

Berangkat dari analisis masih solidnya kekuatan PKS di heartland-heartlandnya yang dibuktikan dari kemenangan di Jabar dan Sumut, maka PKS pun diprediksi memiliki peluang menang yang relatif besar di sejumlah pemilukada yang akan diselenggarakan di daerah-daerah di atas.

Sedangkan untuk di daerah-daerah rimland PKS, daerah yang menjadi perluasan ruang gerak kekuatan dari heartland tadi, kekuatan PKS disini diperkirakan cenderung melemah diakibatkan multiplier effect dari Kasus LHI yang masih berpengaruh. Rimland PKS ada di Jawa bagian timur, beberapa provinsi di Kalimantan, Sulawesi, hingga ke beberapa daerah Indonesia Timur. Terbukti di sejumlah pilkada terakhir di sejumlah daerah ini, hanya dua calon yang diusung PKS mampu menang, yaitu di Sampang, Jawa Timur dan Kendari, Sulawesi Tenggara. Hal ini pun dikarenakan PKS berkoalisi dengan sejumlah parpol lainnya.

Pilkada Gubernur yang akan berlangsung di Jawa Tengah (Jateng) Mei ini dan di Maluku Bulau Juli akan menjadi salah satu tolak ukur besar kekuatan PKS di rimland-nya.

Untuk tetap menjaga dinamika perluasan kekuatannya menyongsong 2014, PKS harus mampu menang di sejumlah rimland-nya. Kemenangan di rimland akan menjadi titik tolak untuk semakin memperluas heartland. Sementara bagi parpol-parpol lain, mencuri kemenangan di heartland-heartland PKS adalah celah untuk bisa mengganggu perkembangan kekuatan PKS. Begitu juga dengan mengalahkan PKS di rimland-rimland-nya akan menghambat perkembangan heartland PKS.


Tulisan ini dimuat di Media Online Dakwatuna dan Bersama Dakwah

Sunday, February 24, 2013

Geopolitik PKS



Ditengah ombang-ambing eksistensi PKS yang tengah menjadi bulan-bulanan berbagai pihak akibat kasus korupsi impor daging sapi yang menimpa kader terbaiknya, Lutfi Hasan Ishaq (LHI), muncul sebuah pola menarik yang menggambarkan kekuatan Geopolitik PKS di berbagai daerah di Indonesia.

Reaksi Kader Muda

Ketika beberapa saat setelah LHI diboyong KPK dengan berstatus tersangka dalam kasus korupsi impor daging sapi, jutaan kader PKS di berbagai daerah di Indonesia pun langsung bereaksi. Ada beraneka macam jenis reaksi, mulai dari reaksi menyangkal tuduhan tersebut, menyalahkan pihak lain dengan menyebut kasus ini sebagai konspirasi, menyerahkan kepada KPK, hingga setuju dengan aksi KPK dan mulai meragukan kredibilitas citra PKS sebagai partai dengan slogan bersih.

Dari berbagai reaksi yang muncul, yang paling menarik adalah reaksi dari sejumlah kader muda PKS yang masih berstatus pelajar dan mahasiswa. Sejumlah mereka yang masih menyandang amanah di berbagai organisasi intra maupun ekstra di sekolah atau kampusnya masing-masing ini, menunjukkan militansinya sebagai kader yang begitu mencintai PKS dengan melakukan pembelaan habis-habisan. Justifikasi bertubi-tubi di berbagai media sosial dan fitur internet lainnya yang membela LHI dan PKS pun terus berdatangan dari para kader muda tersebut.

Justifikasi dari para kader muda tersebut terlihat dari sejumlah pernyataan-pernyataan, poster-poster, artikel-artikel di berbagai media sosial, hingga pembuatan grup facebook yang menyatakan dukungan terhadap LHI dan pembelaan terhadap PKS. Hal ini menujukkan bahwa kaderisasi PKS yang masuk melalui penetrasi ke berbagai organ intra siswa dan mahasiswa di sejumlah sekolah dan perguruan tinggi di Indonesia, ternyata berjalan sangat sukses.

Daerah-daerah yang sukses tersebut antara lain adalah ; Depok, Bandung, Banten, Semarang, Jogjakarta, Padang, Medan, serta Aceh. Di sejumlah daerah tersebut terdapat sejumlah perguruan tinggi-perguruan tinggi dan sekolah-sekolah dengan kualitas pendidikan relatif baik di Indonesia.

Daerah-daerah di atas menjadi lumbung kader muda PKS. Selain di daerah-daerah di atas, di berbagai daerah lainnya, seperti Jawa Timur, Lampung, Sumatera Selatan, Riau, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan hingga Maluku, juga tengah gencar penetrasi yang dilakukan oleh PKS untuk menjaring pemuda-pemuda kelas menengah untuk menjadi kader-kadernya.

Selanjutnya, usai justifikasi terhadap LHI mereda, topik pengangkatan Anis Matta sebagai pengganti LHI menjadi Presiden PKS pun kembali meramaikan nama PKS di seantero Indonesia. Siapa yang meramaikan topik ini ?. Mereka kembali datang dari daerah-daerah di atas yang menjadi lumbung kader muda PKS. Hal ini juga ditunjukkan oleh sejumlah kader muda PKS yang membanjiri media sosial dengan pernyataan-pernyataan dukungan terhadap Anis Matta, bahkan hingga memasang foto Anis Matta menjadi foto profil di akun media sosialnya.

Pembuktian bahwa daerah-daerah tersebut sebagai lumbung kader muda PKS semakin terbukti setelah Anis Matta menentukan daerah-daerah yang menjadi tujuan safari dakwahnya. Anis Matta melakukan safari dakwah ke Jawa Barat, Sumatera Utara, hingga Yogyakarta.

Dalam melancarkan aksi justifikasinya, para kader muda PKS dibantu oleh keberadaan sejumlah media massa partisan yang dimiliki PKS. Media massa partisan inilah yang mencoba melawan arus serangan media massa besar lain yang seolah anti PKS. Media massa partisan ini bukan hanya ada di tingkat nasional, beberapa media massa lokal juga terlihat memiliki haluan yang sama. Beberapa media massa tersebut bertempat di daerah-daerah yang hampir sama dengan daerah-daerah yang disebutkan di atas sebagai lumbung kader muda PKS. Daerah-daerah tersebut antara lain adalah Semarang, Solo, Kawasan Pantura, Muria, Banyumas, Kedu, hingga Jember.

Sejumlah media massa partisan tersebut dalam memberitakan sejumlah pemberitaan seputar PKS terlihat membentuk pola berbeda dengan sebagian besar media massa lainnya. Jika dilakukan penelusuran terhadap semua berita yang terkait PKS di media tersebut maka akan didapatkan berita-berita yang cenderung memberikan pembelaan dan berita-berita positif tentang PKS. Sejumlah berita-berita inilah yang kemudian gencar disebarluaskan oleh para kader-kader muda PKS yang aktif di berbagai media jejaring sosial.

Heartland-Rimland PKS

Dalam studi Geografi Politik ada Teori Geopolitik Heartland dan Rimland. Heartland sebagai daerah yang menjadi jantung kekuatan dari gerakan politik dan Rimland sebagai daerah yang menjadi perluasan ruang gerak kekuatan dari heartland tadi. Pola menarik yang terlihat dari multiplier effect kasus LHI menggambarkan heartland dan rimland PKS saat ini di Indonesia.

Peristiwa sebelumnya yang juga memicu terlihatnya heartland dan rimland PKS adalah momentum Pemilu 2009. Dari pemilu tersebut terlihat PKS meraih suara signifikan di Sumatera, sebagian besar Jawa, hingga beberapa daerah di Kalimatan dan Sulawesi. Hal ini mengindikasikan bahwa heartland PKS ketika itu berada di Sumatera dan sebagian Jawa bagian barat. Kemudian rimlandnya berada di beberapa provinsi di Kalimantan dan Sulawesi.

Sementara dari Kasus LHI sekarang terlihat terjadi perubahan geopolitik PKS. Heartland PKS saat ini semakin luas hingga mencakup daerah-daerah yang dahulunya menjadi rimlandnya di 2009. Daerah tersebut antara lain adalah Kalimantan Selatan dan Sulawesi Tengah. Otomatis ini membuat rimlandnya pun semakin melebar hingga ke daerah Indonesia Timur.

Dilihat dari daerah-daerah di atas, tampak ada sebuah karakteristik daerah yang menjadi sasaran perluasan geopolitik PKS. Yaitu adalah daerah-daerah yang memiliki perguruan-perguruan tinggi dengan kualitas relatif baik di Indonesia. Pasar PKS yang menjaring kader-kader muda dari kelas-kelas menengah terdidik membuat daerah-daerah tersebut pun menjadi geostrategi PKS dalam menentukan geopolitiknya.

Kader Muda : Masa Depan PKS

Penjaringan kader muda di daerah-daerah adalah geostrategi bawah tanah PKS yang paling sukses dibanding berbagai parpol lainnya di Indonesia. Jumlah kader muda ini diduga sudah mencapai jutaan se Indonesia. Mereka dirancang dari sekarang untuk menjadi pemimpin-pemimpin di daerah dengan cara menjadikan mereka tokoh di kampus-kampus atau sekolah mereka dari sekarang. Inilah geostrategi dari PKS untuk memperluas daerah-daerah yang menjadi geopolitik mereka di Indonesia.

Kasus LHI yang menghancurkan citra PKS saat ini di mata publik secara umum, tidak berpengaruh terlalu besar terhadap kesetiaan para kader muda. Sistem kaderisasi doktrin melalui sistem kelompok-kelompok sel di PKS membuat militansi mereka menjadi sangat kuat, dibuktikan dari penyangkalan dan justifikasi yang dilakukan oleh hampir seluruh dari mereka. Meski untuk 2014 kasus ini mungkin berdampak terhadap elektabilitas PKS di publik, namun PKS menyimpan amunisi masa depan mereka untuk mewujudkan visi mereka, melalui pergerakan para kader muda yang meng-Indonesia.

Tulisan ini dimuat di Sinar Harapan 15 Februari 2013 , Republika 20 Februari, dan Gatra Minggu ke 3 Februari

Thursday, February 7, 2013

Global Ethics and Values Convention

Kegiatan ini bernama ‘Global Ethics and Values Convention’ dan berlangsung dari tanggal 16-18 Desember 2012. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Alexis Foundation yang merupakan sebuah organisasi kepemudaan di India. Alexis kemudian juga bekerja sama dengan Ishan Institute of Technology yang sekaligus menjadi tempat kegiatan yang berlokasi di Greater Noida, tidak jauh dari New Delhi.

Kegiatan ini dihadiri oleh sekitar 30 orang delegasi yang berasal dari Rusia, Sudan, Kirgiztan, Indonesia, dan mayoritas dari India. Dari Indonesia ada dua orang yaitu ; Ibnu Budiman (Univ Indonesia) dan Sherly (Univ Brawijaya). Sebagai pembicara, dihadirkan sejumlah tokoh nasional dari India yang telah memiliki sejumlah pengalaman internasional.

Etika dan Nilai

“India is no more local,but global”, pernyataan ini dikemukakan oleh salah seorang pembicara ketika opening ceremony di hari pertama kegiatan. Hal tersebutlah menurut dia yang menjadi alasan kenapa para pemuda di Alexis India menyelenggarakan kegiatan ini. Selanjutnya sejumlah pembicara lain menyatakan bahwa ethics atau etika bergantung kepada kepercayaan. Etika berhubungan dengan sistem kebudayaan dan itu berarti berkaitan dengan banyak hal. Ada berbagai jenis etika dalam profesi, seperti dalam proses mengajar, bisnis, dan lain lain. Tema kegiatan ini adalah isu yang debatable.

Selanjutnya, value atau nilai adalah hal yang keberadaannya sangat luas dan ada dimanapun atau konteks apapun. Perpaduan antara bahasan etika dan nilai adalah perihal yang menarik untuk didiskusikan dengan global perspektif. Di India, pengaruh pemikiran dari Mahatma Gandhi berperan terhadap pandangan atas etika dan nilai-nilai yang diyakini di India.

Berangkat dari pengalaman hidup masing-masing, setiap orang dari berbagai latar belakang kebudayaan memiliki berbagai definisi tentang apa itu etika dan nilai. Mereka juga pernah mengalami situasi dilematis dimana mereka harus memilih sikap yang bertentangan dengan etika dan nilai yang mereka yakini.

Ada dua jenis etika, yaitu yang berlaku bagi individu dan berlaku dalam masyarakat. Hal yang sulit adalah bagaimana cara membuat sebuah panduan etika dalam entitas masyarakat. Pasti akan terjadi banyak konflik antara etika masyarakat dengan etika yang diyakini secara individu. Untuk mencapai atau mendapatkan sebuah kesepakatan bersama tentang sebuah panduan etika dalam entitas masyarakat, maka dibutuhkan kebijakan dari pemerintah dan juga kesadaran dari masyarakat.

Etika dan Nilai dalam Berbagai Aspek

Etika dan nilai, kedua hal ini ada dalam berbagai bidang kehidupan. Mulai dari hal yang paling klasik sampai dengan yang paling terbaru. Hal ini diungkapkan oleh sejumlah praktisi dari India dalam sejumlah lecture dalam kegiatan ini. Seperti halnya media jejaring sosial seperti Facebook yang baru marak beberapa tahun terakhir. Ada berbagai fenomena di media jejaring sosial seperti adanya iklan-iklan pribadi yang tanpa ketentuan, dianggap kurang etis atau melanggar etika dan nilai oleh pengamat di India. Kemudian juga ada etika dasar dalam industri kreatif seperti perfilman. Hal ini menyesuaikan dengan sasaran pasar dari film tersebut.

Ada banyak jenis etika dan nilai yang berlaku di tiap-tiap negara dan tiap individunya. Hal ini berhubungan dengan agama dan banyak jenis profesi. Selanjutnya etika dan nilai juga menghubungkan antara kaidah bisnis dan hukum spiritual. Hal ini terkait dengan logika, hukum karma, kasih sayang, dharma, kebenaran, dan sikap egois

Lalu ada lagi hubungan antara integral kemanusian dan kewirausahaan sosial. Ada etika dan nilai dalam kegiatan kewirausahaan sosial, yaitu adalah kemanusiaan. Selanjutnya juga ada etika dalam pendidikan yang berkaitan dengan regulasi pemerintah. Studi kasus hal ini terjadi di India. Adalah adanya komersialisasi institusi pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan  memicu pro kontra di kalangan masyarakat.

Etika dan nilai juga terkait dalam program pengembangan masyarakat. Bagaimana mengenal karakter masyarakat dan bagaimana etika dan nilai yang akan dikembangkan. Perubahan sosial dapat merubah kebijakan publik dan terdapat kaitan dalam hal ini dengan etika dan nilai.

Implementasi Etika dan Nilai

Setelah berbicara banyak tentang perihal ideal dalam konsep etika dan nilai. Ketika berpaling ke tataran implementasi, ternyata perihal ideal tadi belum terealisasi dengan baik tanpa disadari. Hal ini terlihat dari rendahnya tingkat perhatian terhadap kebersihan dan disiplin waktu, Lalu juga adanya kebiasaan-kebiasaan yang kurang bermanfaat dan penggunaan bahasa lokal dalam forum internasional.

Kemudian juga dalam diskusi terkait konten deklarasi Global Ethics and Values juga terdapat banyak kritik-kritik atau opini yang kurang substansial, analisis lemah, menggunakan perspektif lokal, dan adanya dominasi individu. Fasililtator diskusi dan juga panitia terkadang bersikap kurang asertif dan kurang sopan dalam berkomunikasi dengan delegasi. Diskusi yang berlangsung juga masih berjalan seperti debat, saling menekan, bukan melakukan deliberasi. Itulah sejumlah kelemahan implementasi etika dan nilai yang terlihat dalam pelaksanaan kegiatan.

Namun dibalik beberapa kelemahan di atas, India juga memiliki sejumlah keunggulan yang berasal dari implementasi mereka terhadap etika dan nilai. Orang india memiliki kebiasaan makan dengan porsi cukup banyak. Sebagian besar mereka adalah vegetarian, makanannya cukup kaya dengan nilaii gizi karena terdiri dari makanan seperti roti, kare, dan sayuran. Selanjutnya India juga memiliki arah fokus dalam pembangunannya. India memberikan perhatian cukup serius terhadapa pengembangan bidang informasi dan teknologi (IT) dan sejumlah peralatan elektronik serta kendaraan sebagai alat transportasi.

Selanjutnya yang juga berkembang sangat pesat adalah industri kreatif seperti hiburan berupa musik dan film di India yang telah mendunia.

Jepang : 5 Menit Kunci Kemajuan


Asean (Asian) University Students Environmental Forum

Asean University Students Environmental Forum adalah sebuah program edukasi seputar konservasi lingkungan dan pemberdayaan nilai ekonominya. Program ini diadakan oleh Perusahaan AEON 1% Club yang merupakan sebuah perusahaan retail internasional dan telah berkembang di sejumlah negara di Asia. Program ini diikuti oleh mahasiswa terpilih dari Jepang, Indonesia, Thailand, dan Vietnam. Masing-masing negara mengirimkan 24 orang mahasiswanya.

Masing-masing negara diwakili oleh perguruan tinggi terbaiknya. Dari Indonesia terdiri dari UI dan Unpad, Vietnam diwakili University of Social Sciences and Humanities dan University of Education, lalu Thailand ada Thamassat University dan Chulalongkorn University, dan Jepang berasal dari beragam kampus, yaitu ; Waseda University, Kobe University, Tohoku University, Kyushu University, Chiba University, Nagoya University, Shiga University, Hokkaido University, Kyoto University, dan Tokyo Institute of Technology.

Yang unik dari program ini adalah terkait penamaannya, ketika undangan awalnya datang ke UI, program ini bernama Asian Students Exchange Progam. Namun setelah sampai di Jepang, di sejumlah atribut kegiatan ini tertulis nama ‘Asean University Students Environmental Forum’. Yang menarik disini adalah inkonsistensi penggunaan kata ‘Asian’ menjadi ‘Asean’. Hingga saat ini, hal ini masih menjadi tanda tanya yang belum terpecahkan.

Program ini terdiri dari sejumlah kegiatan, mulai dari kuliah umum, kunjungan ke LSM, pusat studi, pemerintahan, kota kuno, museum sains, teknologi pengolahan air, konservasi kebudayaan asli Jepang, diskusi kelompok, presentasi, hingga kunjungan ke Tokyo Disney Land.

Tokyo dan Disney Land

Program ini berlangsung di sejumlah kota di Jepang. Dimulai dari Tokyo, kegiatan pembukaan dan dua hari pertama dari program ini dihabiskan di Tokyo. Tokyo yang satu abad yang lalu adalah sebuah negeri yang masih kental dengan kebudayaan asli Jepang, saat ini telah berubah menjadi sebuah kota megapolitan. Modernisasi kota Tokyo telah berlangsung puluhan tahun dan berkembang begitu pesat. Sejumlah pusat industri, bisnis, hiburan, dan sumber-sumber perekonomian menjulang tinggi bersama para gedung pencakar langit Tokyo.

Di antara sejumlah gedung-gedung megah Tokyo, terselip Tokyo Disney Land, salah satu pusat hiburan terkemuka di dunia. Keberadaan Tokyo Disney Land ini di Jepang menjadi sebuah fenomena menarik jika sandingkan dengan kondisi dunia kartun Jepang yang cukup mendunia. Disini kartun Jepang seperti dicibirkan oleh kekuatan kapital Walt Disney yang berhasil membuat Tokyo Disney Land yang cukup terkenal seantero dunia.

LSM : Lembaga Serius Menangani

Dalam kegiatan kunjungan ke lembaga swadaya masyarakat (LSM), LSM yang dikunjungi adalah Asaza Foundation. LSM ini berfokus pada studi teori dan terapan dari ilmu lingkungan yang mencakup sejumlah teknologi konservasi lingkungan hingga manajemen lingkungan yang efektif. Dilihat dari kemasan luarnya, terkesan LSM ini seperti perusahaan besar yang sudah memiliki sistem yang sudah bagus. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh paradigma yang sebagian besar berkembang di Indonesia bahwa LSM cenderung kecil dan kurang berkembang dengan baik.

LSM ini sangat berbeda dengan sebagian besar LSM di Indonesia. LSM ini memiliki keseriusan yang sangat tinggi dalam mencapai visinya. Terlihat dari program-program yang dilakukan seperti konservasi dan pemberdayaan hutan, sekolah lingkungan, pemberdayaan dan pencerdasan masyarakat seputar isu lingkungan, pengembangan agrikultur ramah lingkungan, industri perikanan, dan sejumlah program kreatif lainnya.

Program-program yang dilakukan oleh LSM ini tidak hanya dilakukan sendiri, namun juga mengajak bekerjasama sejumlah pemangku kebijakan seperti pemerintah, swasta, akademisi, dan masyarakat. Maka dari itu mungkin LSM Asaza Foundation ini bisa diartikan lebih dari lembaga swadaya masyarakat, tapi adalah Lembaga yang Serius Menangani sejumlah permasalahan yang ada di kompetensi intinya.

Kyoto dan Shiga : Think Globally Act Locally

Usai dari Tokyo, kegiatan bertolak ke Kyoto menggunakan kereta tercepat di dunia, Shinkansen. Jarak sejauh Jakarta-Semarang dari Tokyo ke Kyoto hanya ditempuh dalam waktu tiga jam. Inilah hasil etos kerja keras dari para pemuda Jepang. Jepang yang semakin maju dan semakin terbuka telah membawa sejumlah perubahan terhadap berbagai aspek kehidupan mereka, tidak terkecuali persoalan keyakinan.

Shinto, yang merupakan kepercayaan asli Jepang saat ini sudah hampir sirna. Kemudian Budha yang juga memiliki banyak penganut di Jepang, dari tahun ke tahun jumlahnya semakin menurun, begitu juga dengan kristen yang datang belakangan. Tren yang meningkat adalah atteis dan agnostic. Perkembangan ilmu pengetahun membuat eksistensi Tuhan bagi mereka semakin lemah dan pada akhirnya mereka memilih untuk tidak beragama atau tidak menjalankan ritual-ritual ibadah keagamaan.

Namun ditengah tren di atas yang meningkat, penghormatan Jepang terhadap kebudayaan asli mereka masih cukup tinggi. Kota Kyoto contohnya, yang dipertahankan sebagai kota konservasi kebudayaan asli mereka dan juga kepercayaan lama mereka. Sejumlah bangunan dengan arsitektur khas Jepang, rumah-rumah ibadah, hingga ritual-ritual kebudayaan lama masih dijaga dengan sangat rapi dan kemudian diberdayakan juga untuk potensi pariwisata.

Setelah Kyoto, kota berikutnya yang dikunjungi adalah Shiga yang tidak jauh dari Kyoto. Kota ini cukup tenang, kecil, dan damai. Di kota ini terdapat kawasan bernama Omihachiman, ialah sebuah kota kuno yang menyimpan sejumlah situs sejarah dan masih sangat terawat. Daerah ini bagaikan kampung madani yang begitu tenang dan tentram. Dibalik rumah-rumah kuno tersebut, bersama kearifan lokal mereka terpadu kemajuan teknologi dan keluasan ilmu pengetahuan yang mensejahterakan kehidupan mereka.

Selanjutnya di Shiga juga ada kunjungan ke Museum Lake Biwako. Museum ini sangat terawat dan megah. Di dalam museum ini menceritakan tentang sejarah fisik dan sosial budaya di Danau Biwako. Tidak sekedar museum, juga terdapat studi riset yang dilakukan oleh museum ini untuk terus meningkatkan kualitas dan kuantitas isi museum mereka.

Kyoto dan Shiga, itulah dua kota yang telah berpikir global atas kebijakan-kebijakan mereka, namun bertindak secara lokal demi tetap menjaga karakter asli mereka dan menyejahterakan peradaban mereka.

5 Menit dan Japanese Western

Sepanjang pelaksanaan semua kegiatan dalam program ini, ada sebuah pola disiplin yang menarik dalam memandang waktu. Jika di Indonesia banyak berlaku toleransi waktu keterlambatan selama lima belas menit lebih telat dari waktu sebenarnya, di Jepang toleransi ini berlaku sebaliknya. Jika memiliki jadwal kegiatan dimulai pukul 7.00, maka berarti sudah harus sampai di tempat kegiatan tersebut lima menit lebih awal. Hal ini mencerminkan penghormatan yang tinggi oleh orang Jepang terhadap pemanfaatan waktu.

Ada dua jenis tipikal orang Jepang, yaitu Jepang asli dan Japanese Western. Jepang asli adalah mereka yang jarang berkunjung ke luar negeri dan bersikap cenderung tertutup terhadap warga asing. Jepang asli ini masih belum ter-globalisasi secara pola pikir, namun memiliki nasionalisme tinggi. Lalu japanese western adalah mereka yang sering berkunjung ke luar negeri untuk studi dan berbagai kegiatan. Mereka relatif lebih terbuka dan open mind. Dalam program ini mahasiswa Jepang yang terlibat adalah yang tipikal japanese western, semua mereka telah pernah studi ke sejumlah negara maju lainnya.

Dua hal di atas karakter disiplin waktu dan dua jenis tipikal warga Jepang di atas menjadi salah satu kunci kemajuan Jepang. Dengan gaya disiplin yang sangat tinggi terhadap waktu, orang Jepang dapat memaksimalkan setiap detik yang mereka punya dengan sangat produktif. Dua jenis tipikal warga Jepang tadi menjadi saling melengkapi satu sama lain. Ada yang bertugas menyerap ilmu ke luar negeri dan kemudia mereka transfer ke dalam negeri, lalu memberdayakan potensi Jepang asli yang memiliki nasionalisme tinggi tersebut untuk membangun kemajuan negaranya.