Pengaruh perdagangan bebas di dunia berdampak sangat besar terhadap perekonomian negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari fakta bahwa warga Indonesia lebih menyukai produk luar negeri dibandingkan produk dalam negeri sehingga menyebabkan aliran uang lebih banyak mengalir ke luar negeri. Maraknya barang import dari luar negeri yang diperdagangkan di Indonesia juga membuat semakin banyak warga Indonesia yang mengalami perubahan gaya hidup dan juga budaya. Fakta ini bisa ditemui dengan mudah di mall-mall ; tempat makan, toko busana, dan toko lainnya dengan brand luar negeri lebih diminati dari produk lokal meskipun secara kualitas tidak berbeda atau bahkan lebih baik produk dalam negeri.
Banyaknya
produk-produk luar negeri yang berkualitas dunia membuat para peminat akan
produk dalam negeri menurun. Mudahnya
akses mendapatkan barang-barang tersebut membuat para peminat mulai
meninggalkan produk-produk buatan negeri sendiri. Selain dengan mudahnya akses produksi, hal-hal
lain yang berpengaruh dalam menarik minat
pembeli adalah desain dan teknologi yang digunakan. Semakin
baik desain dan semakin modern serta canggih teknologi yang digunakan maka
semakin banyak pula peminat yang ingin mendapatkan barang tersebut.
Produk-produk
luar negeri yang bebas masuk ke negara Indonesia tidak memiliki
standarisasi yang kuat sehingga produk-produk tersebut semakin berkembang pesat di Indonesia. Semakin
berkembangnya produk luar negeri dengan kualitas yang bersaing membuat perubahan ketertarikan
konsumen. Konsumen pun lebih
banyak mengonsusmsi produk luar negeri daripada dalam negeri.
Pada akhir tahun 2009 Menteri Keuangan
ketika itu Sri Mulyani Indrawati mengatakan ekspor
Indonesia mengalami kontraksi sebesar 9,7 persen, dan impor
minus 9,2 persen. Nilai impor Indonesia pada Mei 2009 mencapai
US$ 7,85 miliar. Dari jumlah itu, impor nonmigas sebesar US$ 6,55 miliar,
sedangkan impor migas sebesar US$ 1,3 miliar. Nilai impor
itu berasal dari China (17,36%), Jepang
(12,5%),
Singapura (11,2%).
Untuk impor dari negara-negara Asean secara keseluruhan menguasai pangsa 22,36
persen.
Pada Januari 2011 nilai impor secara keseluruhan naik 4,55 persen dibanding
Desember 2010 atau naik 32,22 persen dibanding Januari 2010, terutama masih didominasi barang-barang
nonmigas. Total impor barang nonmigas selama bulan pertama 2011 tercatat 9,58
miliar dolar AS. Paling banyak berupa golongan barang mesin dan peralatan
mekanik serta mesin dan peralatan listrik. Nilai impor golongan barang mesin
dan peralatan mekanik sebanyak 1,72 miliar dolar AS. Distribusinya pun berubah. China masih di urutan teratas, lalu disusul Jepang
(14,40%),
Singapura (8,55%),
Thailand (6,85%), dan
Amerika Serikat (7,09%).
Maraknya
barang-barang impor yang masuk ke Indonesia
membuat proses produksi di Indonesia terus menurun dari tahun ketahun dan terhambat karena kurangnya minat pembeli
untuk memakai barang produk hasil sendiri (Effy , 2011). Cara mengatasi perdagangan bebas di Indonesia yang paling sederhananya adalah
dengan mencintai produk Indonesia sendiri. Mencintai disini berarti adalah menggunakan produk-produk dalam negeri
tersebut. Hal ini dapat meningkatkan devisa negara dan juga membantu
peningkatan ekonomi mikro.
Tantangan kita adalah bagaimana merubah
pemikiran para konsumen dalam menggunakan suatu produk. Salah
satu cara yang dapat digunakan adalah dengan memanfaatkan
perkembangan teknologi media informasi. Akhir-akhir ini sebagian besar
masyarakat Indonesia sangat dekat dengan dunia maya atau internet. Hal ini bisa
dimanfaatkan sebagai media untuk merubah pemikiran para konsumen tersebut.
Menurut Internet World Statistics
tahun 2009 jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 25 juta orang dan
terus meningkat setiap tahunnya. Pasar yang cukup besar sekitar 10% penduduk
Indonesia ini menjadi alasan yang cukup kuat untuk menggunakan website sebagai
media mempromosikan produk-produk dalam negeri tersebut.
Cara merubah pemikiran konsumen dimulai dengan upaya
pengenalan dan sosialisasi perncerdasan kepada masyarakat untuk
lebih mengenal dan menggunakan barang dalam
negeri serta yang paling penting mereka ketahui adalah apa
manfaat utamanya menggunakan produk dalam negeri. Mereka harus mengetahui apa
signifikansi terhadap kondisi perekonomian nasional jika menggunakan
produk-produk dalam negeri.
Upaya ini sebelumnya telah pernah dilakukan oleh
pemerintah melalui Departemen Perdagangan adalah dengan membuat program “100%
produk Indonesia”. Namun ternyata upaya ini masih belum cukup maksimal dan
membumi di masyarakat Indonesia. Program-program yang dibuat sebagian besar
tidak memiliki upaya sosialisasi, pemeliharaan, pengembangan, dan keberlanjutan
yang baik. Padahal hal tersebut merupakan salah satu kunci keberhasilan
program. Selain itu beberapa pihak swasta pun juga telah mencoba berbagai upaya
lain. Salah satunya yaitu dengan membuat website yang diberi nama “produk
Indonesia”. Namun ternyata upaya ini juga memiliki kelemahan seperti yang
dilakukan pemerintah. Selain itu produk-produk yang ditawarkan ternyata juga
tidak semuanya produk dalam negeri.
Maka dari itu penulis bekerja sama dengan Pusat Studi
Islam dan Kenegaraan mencoba menjawab berbagai permasalahan di atas melalui
pembuatan website “madeindonesia.info” yang berisikan data 100% asli
produk-produk Indonesia yang telah berskala nasional dan selama ini belum
terlalu diketahui oleh masyarakat Indonesia. Kita berharap mampu
untuk memperkenalkan barang-barang produksi dalam negeri kepada masyarakat Indonesia. Dengan
begitu perekonomian di negara ini dapat berkembang pesat melalui kebangkitan industri dan usaha kecil menengah (UKM) nasional. UKM merupakan salah
satu kunci pertahanan ekonomi Indonesia. Hal ini terlihat fakta bahwa UKM
ternyata tidak ambruk ketika resesi melanda Indonesia beberapa tahun yang lalu.
Potensi UKM indonesia
sangat banyak. Hanya saja hal ini sangat disayangkan tidak sepenuhnya diketahui
oleh bangsa kita sendiri atau masyarakat Indonesia. Salah satu contoh potensi
tersebut dapat dilihat dari produk batik Indonesia. Produk ini sudah banyak mulai
dipakai oleh desainer-desainer luar negeri. Selain itu juga ada tas merek
Indonesia yang juga dipakai oleh aktris hollywood, Paris Hilton. Tas tersebut
berasal dari sebuah toko di Mall Grand
Indonesia yang bernama “Alun alun”. Selain contoh-contoh di atas,
sebenarnya masih banyak lagi produk-produk Indonesia berkualitas tinggi yang
belum cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia.
Tulisan ini merupakan latar belakang dari proposal Program Kreatifitas Mahasiswa Bidang Penerapan Teknologi (PKM-T) untuk Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 2012
PKM untuk PIMNAS ?Katanya PKM untuk masyarakat ?
ReplyDelete