Memperingati Hari lingkungan hidup, sejumlah kalangan aktif melakukan berbagai kegiatan bertema ramah lingkungan; rendah emisi, hemat energi, kurangi polusi dan bersih sampah. Semua kegiatan tersebut berpayung pada visi global pembangunan berkelanjutan. Selama empat dekade terakhir, Indonesia telah menjadi mitra dunia untuk aksi lingkungan.
Tahun 1987, PBB
merilis ide tentang pembangunan berkelanjutan sebagai respon terhadap krisis lingkungan. Indonesia mendukung ide
tersebut sejak satu dekade sebelumnya. Tahun 1978, Indonesia membentuk
Kementerian Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan, enam tahun setelah
Konferensi Stockholm tentang Lingkungan. Sejak itu, manajemen lingkungan telah
menjadi bagian dari program pembangunan di Indonesia. Hari ini, kementerian
tersebut menjadi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan bertugas
sebagai badan koordinasi untuk manajemen lingkungan dan pembangunan
berkelanjutan dari berbagai sektor.
Pada Rio Earth
Summit (RES) 1992, Indonesia kembali hadir dan mendukung Agenda pembangunan
berkelanjutan dalam memastikan bahwa tujuan ekonomi, lingkungan dan sosial
bangsa saling terkait secara keseluruhan. Setelah RES, Indonesia mulai
menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan dalam agenda pembangunan nasional.
Tahun 1997, Indonesia meraih sejumlah pencapaian melalui implementasi Konvensi
Keanekaragaman Hayati, Perubahan Iklim dan Prinsip-Prinsip Konservasi Hutan.
Pada tahun 2000, Indonesia
ikut mengesahkan Millenium Development Goals (MDGs) yang goal ketujuhnya adalah
environmental protection dan sustainability. Indonesia berkontribusi melalui
program reforestasi dan reboisasi yang mendukung konservasi hutan dan
keanekaragaman hayati. Indonesia berhasil menyelesaikan target tepat waktu dan melibatkan
partisipasi lintas sektor dalam upaya pencapaian MDGs.
Sustainable development goals
2015, PBB
mentransformasi MDGs menjadi Sustainable development goals (SDGs) dengan empat
goal terkait langsung dengan lingkungan. SDGs membawa lima prinsip yang
menyeimbangkan dimensi ekonomi, sosial, dan lingkungan, yaitu 1) People
(manusia), 2) Planet (bumi), 3) Prosperity (kemakmuran), 4) Peace (perdamaian), dan 5) Partnership (kerjasama). Kelima
prinsip dasar saling terhubung, dan terintegrasi satu sama lain.
Indonesia aktif dalam
mendukung proses mencapai SDGs. Wakil Presiden Yusuf Kalla hadir sebagai
perwakilan dari Pemerintah Republik Indonesia dalam Sidang Umum PBB ke-70
merupakan momentum pengesahan SDGs. Selanjutnya, Indonesia juga turut aktif dalam follow up
implementasi SDGs di Asia dan ASEAN.
Pemerintah
Indonesia telah menunjukkan keseriusan pelaksanaan SDGs dengan mengarusutamakan
SDGs dalam agenda pembangunan nasional; membuat pelaksanaan SDGs yang inklusif
dan partisipatif baik di tingkat pusat maupun daerah. Peraturan Presiden
tentang SDGs sedang disiapkan oleh pemerintah sebagai bukti komitmen politik
sehingga dapat menjadi landasan hukum bagi pelaksanaan SDGs. Indonesia
merancang Rencana Aksi Nasional Tujuan Pembangunan Nasional, yang merupakan
dokumen yang memuat program dan kegiatan rencana kerja lima tahunan untuk
pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara langsung dan tidak langsung mendukung
pencapaian SDGs yang sesuai dengan sasaran pembangunan nasional. Hal ini
kemudian dilanjutkan dengan Rencana Aksi Daerah Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan, yang merupakan dokumen rencana kerja lima tahunan untuk
pelaksanaan kegiatan yang secara langsung dan tidak langsung mendukung
pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang sesuai dengan sasaran
pembangunan daerah.
Sejumlah
Pemerintah Daerah bahkan telah mulai melaksanakan SDGs antara lain dengan
menyiapkan dukungan teknis dan regulasi. Antara lain di Kabupaten Bojonegoro,
Kabupaten Pangkep serta Lampung Timur
dan Wonosobo. Stakeholder lain juga terlihat sangat aktif berpartisipasi dan
mendorong pemerintah untuk membuka ruang-ruang yang telah disediakan dalam
proses SDGs global. LSM telah ikut serta dalam diseminasi dan berbagai kegiatan
persiapan antara lain dengan dengan membentuk Koalisi Masyarakat Sipil untuk
SDGs. Selain dari LSM dan Pemerintah Daerah, inisiatif juga datang dari
Perguruan Tinggi yang telah menyatakan komitmen untuk melaksanakan SDGs bahkan
sudah diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran.
Untuk jangka
Panjang investasi di Pendidikan, Kemenkeu melalui Lembaga Pengelola Dana
Pendidikan (LPDP) telah mengirim ribuan mahasiswa untuk studi di kampus-kampus
terbaik dunia, untuk studi sustainability dari ragam disiplin. Para mahasiswa
postgraduate ini juga turut bantu menjalin kerjasama Indonesia dengan berbagai
Lembaga internasional yang mendukung riset dan agenda SDGs, terutama yang terkait
perubahan iklim.
Perubahan iklim
Perubahan iklim
adalah isu sentral dalam SDGs. Indonesia juga aktif dalam perjanjian
internasionalnya (CoP), sejak Kyoto Protokol 1997. Puncaknya adalah Paris
Agreement yang berupaya mengurangi total global emisi untuk mitigasi perubahan
iklim dan dampak negatifnya. Indonesia telah menandatangani dan meratifikasi
Paris Agreement tahun 2016 lalu. Ini adalah bentuk komitmen dalam peningkatan
perlindungan wilayah yang rentan perubahan iklim lewat aksi mitigasi dan
adaptasi. Pembangunan yang ramah lingkungan ini meliputi berbagai sektor
seperti energi, kehutanan, pertanian, dan industri.
Paris Agreement merupakan
paradigma baru dalam penanganan perubahan iklim. Untuk implementasinya, negara menggunakan
Nationally Determined Contribution (NDC) yang diajukan kepada UNFCCC sebagai
bentuk langkah konkrit pencapaian tujuan bersama untuk menekan kenaikan suhu
rata-rata global dua derajat celcius. Penurunan akan terjadi secara periodik, NDC
Indonesia pun menggunakan penetapan berkala. Tahap pertama, penurunan emisi 29%
atau 41% dengan bantuan internasional pada 2030.
Negara, telah memulau
upaya tersebut di sektor energi dan kehutanan. Indonesia menghapuskan secara bertahap penggunaan energi fosil (batubara),
dengan menggenjot energi terbarukan. Negara juga menghentikan
ekspansi perkebunan monokultur seperti sawit dan hutan tanaman industri (pulp)
yang mengakibatkan deforestasi dan kebakaran hutan dan lahan. Berikutnya dengan kerjasama lintas aktor, aksi
iklim tengah berkembang ke sektor pertanian, transportasi, industri, penggunaan produk dan penanganan
limbah.
Terlepas dari
beberapa kendala implementasi, mengingat sulitnya trade-off antara upaya
pembangunan dan aksi lingkungan, Indonesia telah meraih pencapaian yang
progresif dalam mendukung pembangunan berkelanjutan dan hal ini harus
dilanjutkan, demi masa depan (lingkungan) kita.
No comments:
Post a Comment