Korupsi, kisruh politik, disintegritasi, krisis kepercayaan,
kualitas pendidikan yang membahayakan, lemahnya penegakan hukum, penguasaan
sumber daya oleh asing, dan ragam jenis lainnya, tak terhingga mungkin
jumlahnya jika kita mencoba mendata berbagai tantangan yang mendera Indonesia
dewasa ini.
Legenda intelektual Indonesia, Nurcholish Madjid (Cak Nur)
menyebut hal ini sebagai krisis multidimensional yang sedang melanda Indonesia.
Ada banyak solusi sesungguhnya, salah satunya yaitu melalui
pengenalan bidang ilmu ‘Liberal Arts’.
Liberal? arts?. Ilmu ini belum cukup populer di Indonesia. Sebagian
orang di Indonesia sangat ‘anti’ dengan kata ‘liberal’. Konstruksi sosial yang
dibangun dari kata ini seolah sangat menakutkan. Kata liberal sederhananya
diartikan dengan kata ‘bebas’ dan kata ini menyeramkan bagi sebagian orang yang
konservatif dan fundamentalis. Padahal, lima belas tahun yang lalu,
sesungguhnya perjuangan berdarah keringat dalam nama reformasi itu ; bertaruh
untuk ‘kebebasan’.
Jadi apa itu sebenarnya Liberal Arts?
Ilmu bebas? ; seni semacam drama, lukisan? ; tentang hal hal
yang bukan teknis, namun yang esensial dan fundamental, contoh ; kenapa harus
ada sturktur sosial di masyarakat?, yang berbau filsafat? ; kebebasan dalam
bersastra, berpendapat, ilmu sastra? ; kebebasan berkarya? ; seni kebebasan,
bebas ekspresikan karya cipta karsa rasa tanpa melanggar norma. Apresiasinya
bisa dari hal kecil sampai hal besar? ; ilmu general, bebas tanpa keterpaksaan,
luwes dalam berkarya, mantap dalam ilmu dunia yang variatif? ; Ilmu dunia
akhirat?
Itulah beberapa jawaban yang muncul dari sejumlah pemuda.
Semua jawaban di atas bisa jadi benar. Liberal arts ialah
ilmu tentang arts (seni) yang berarti juga ; budaya, secara luas – bebas,
tercakup didalamnya ; produk-produk budaya ; lukisan, drama, pengetahuan dan
lain lain, ditinjau salah satunya dari perspektif filsafat.
Sebelum lebih jauh, kita butuh kenal dulu tujuh unsur
kebudayaan yang paling populer ; urut dari yang paling susah diubah ; sistem
kepercayaan, sistem pengetahuan, teknologi, ekonomi/mata pencarian, sistem
kemasyarakatan, bahasa, dan kesenian.
Dalam sistem pendidikan di sejumlah negara maju, liberal
arts juga dijadikan sebagai sebuah sistem pendidikan, sehingga bermunculan
sejumlah college liberal arts.
Istilah liberal sesungguhnya berasal dari kata latin libre
yang berarti bebas atau merdeka. Apabila diinterpretasikan secara lebih luas,
orang yang mendapat pendidikan liberal arts adalah orang bebas dan dari namanya
saja kita dapat menerka bahwa sistem pendidikan atau kurikulum liberal arts itu
memberi peluang kepada peserta didiknya untuk memilih satuan atau paket mata
kuliah yang diminatinya sebagai bekal apabila ia terjun di dunia kerja.
Pada sistem pendidikan modern,menurut ensiklopedi itu lagi,
yang termasuk ke dalam liberal artsitu adalah studi mengenai teologi, susastra,
filsafat, sejarah, bahasa,matematika, dan sains. Dalam pendidikan tingkat
undergraduate (setaraf dengan S-1 di Indonesia), tujuan dari liberal arts
adalah untuk memberi pengetahuan umum agar para mahasiswa memiliki dasar
pengetahuan kuat yang akan menjadi bekal kepada mereka dalam dunia kerja dan
dalam menempuh karier profesional atau karier ilmiah yang lebih tinggi.
Agus Suwignyo dalam bukunya Dasar-dasar Intelektualitas
(2007), menengarai program ini pada dua muatan, yaitu dalam perspektif
kurikulum pendidikan sebagai kurikulum objek kajian, dan disposisi sikap
sebagai kurikulum tersembunyi. Kurikulum objek kajian berkaitan dengan ilmu
yang dipelajari, mencakup sains formal, sains alam empiris, dan sains sosial
empiris. Sementara kurikulum tersembunyi berhubungan dengan etos keilmuan dalam
suatu disposisi sikap yang melekat pada kepemilikan ilmu. Disposisi sikap
merujuk pada kemampuan mencetuskan gagasan otentik yang mendasari sikap dan
perilaku kelimuan.
Pendidikan liberal art menekankan pada pengembangan
kemampuan berfikir dan menalar, yakni pengolahan kompetensi untuk menemukan
dasar rasional bagi suatu gagasan dan sikap, disamping juga mengolah
kopetensi-kempetensi yang umum dan mendasar. Umum artinya tidak spesifik atau
khusus; mendasar artinya esensial dan tidak pragmatis. Hal ini tentu disertai
dengan banyak kata ‘why’.
Pendidikan liberal art juga mencakup keseluruhan dimensi
kemanusiaan secara utuh, yakni manusia sebagai mahluk yang menalar,
berinteraksi dan berkembang, dan menciptakan individu yang bebas, mandiri, dan
bertanggung jawab.
Individu yang bebas bagi sebagian orang, dikhawatirkan akan
menciptakan budaya yang bebas. Bagaimana menanggapi hal ini?.
Budaya merujuk pada unsur teratasnya, yaitu religi yang jadi
landasan bagi unsur-unsur berikutnya. Religi adalah sistem kepercaaan yang
berkaitan dengan cara pikir- landasan dasar bertindak dari seorang individu.
Individu yang bebas akan mampu menemukan landasan terbaik bagi dirinya yang
akan menjadi penuntunnya untuk hidup ‘berbudaya’ yang cerdas.
Topik bahasan liberal arts lebih ke arah fenomena/isu yang
muncul, dilihat dari sisi pandang manusianya sebagai salah satu produk budaya
dalam masyarakat, Batasan topiknya adalah isu-isu yang aktual dan esensial.
Ada banyak potensi produk dari ilmu liberal arts. Salah satu
yang terpenting adalah landasan pemikiran bagi berbagai hal.
Disinilah liberal arts bisa ambil bagian dalam solusi atas
krisis multidimensional di Indonesia. Mengkaji kembali berbagai hal yang lari
dari hakikatnya, menanamkan kebebasan berpikir bagi setiap individu, dan
menciptakan kebebasan yang terdidik serta terbina dalam kehidupan demokrasi
yang progresif.
Indonesia sedang ‘galau’. Galau karena kurang kokohnya
landasan pemikiran. Galau ini dapat diobati dengan seni ; seni berpikir yang
bebas-cerdas. Galau ini bisa membaik, jika dirawat untuk disembuhkan dan
‘dibangunkan’ ; karena galau ini muncul dari ‘tidur’ yang terus berjalan ; ngigo.
Grup Diskusi Forum
Indonesia Muda
Tulisan ini dimuat juga di Portal FIM
No comments:
Post a Comment