Monday, December 16, 2013

(Liberal) Arts?


Korupsi, kisruh politik, disintegritasi, krisis kepercayaan, kualitas pendidikan yang membahayakan, lemahnya penegakan hukum, penguasaan sumber daya oleh asing, dan ragam jenis lainnya, tak terhingga mungkin jumlahnya jika kita mencoba mendata berbagai tantangan yang mendera Indonesia dewasa ini.

Legenda intelektual Indonesia, Nurcholish Madjid (Cak Nur) menyebut hal ini sebagai krisis multidimensional yang sedang melanda Indonesia.

Ada banyak solusi sesungguhnya, salah satunya yaitu melalui pengenalan bidang ilmu ‘Liberal Arts’.


Liberal? arts?. Ilmu ini belum cukup populer di Indonesia. Sebagian orang di Indonesia sangat ‘anti’ dengan kata ‘liberal’. Konstruksi sosial yang dibangun dari kata ini seolah sangat menakutkan. Kata liberal sederhananya diartikan dengan kata ‘bebas’ dan kata ini menyeramkan bagi sebagian orang yang konservatif dan fundamentalis. Padahal, lima belas tahun yang lalu, sesungguhnya perjuangan berdarah keringat dalam nama reformasi itu ; bertaruh untuk ‘kebebasan’.

Jadi apa itu sebenarnya Liberal Arts?

Ilmu bebas? ; seni semacam drama, lukisan? ; tentang hal hal yang bukan teknis, namun yang esensial dan fundamental, contoh ; kenapa harus ada sturktur sosial di masyarakat?, yang berbau filsafat? ; kebebasan dalam bersastra, berpendapat, ilmu sastra? ; kebebasan berkarya? ; seni kebebasan, bebas ekspresikan karya cipta karsa rasa tanpa melanggar norma. Apresiasinya bisa dari hal kecil sampai hal besar? ; ilmu general, bebas tanpa keterpaksaan, luwes dalam berkarya, mantap dalam ilmu dunia yang variatif? ; Ilmu dunia akhirat?

Itulah beberapa jawaban yang muncul dari sejumlah pemuda.

Semua jawaban di atas bisa jadi benar. Liberal arts ialah ilmu tentang arts (seni) yang berarti juga ; budaya, secara luas – bebas, tercakup didalamnya ; produk-produk budaya ; lukisan, drama, pengetahuan dan lain lain, ditinjau salah satunya dari perspektif filsafat.

Sebelum lebih jauh, kita butuh kenal dulu tujuh unsur kebudayaan yang paling populer ; urut dari yang paling susah diubah ; sistem kepercayaan, sistem pengetahuan, teknologi, ekonomi/mata pencarian, sistem kemasyarakatan, bahasa, dan kesenian.

Dalam sistem pendidikan di sejumlah negara maju, liberal arts juga dijadikan sebagai sebuah sistem pendidikan, sehingga bermunculan sejumlah college liberal arts.

Istilah liberal sesungguhnya berasal dari kata latin libre yang berarti bebas atau merdeka. Apabila diinterpretasikan secara lebih luas, orang yang mendapat pendidikan liberal arts adalah orang bebas dan dari namanya saja kita dapat menerka bahwa sistem pendidikan atau kurikulum liberal arts itu memberi peluang kepada peserta didiknya untuk memilih satuan atau paket mata kuliah yang diminatinya sebagai bekal apabila ia terjun di dunia kerja.

Pada sistem pendidikan modern,menurut ensiklopedi itu lagi, yang termasuk ke dalam liberal artsitu adalah studi mengenai teologi, susastra, filsafat, sejarah, bahasa,matematika, dan sains. Dalam pendidikan tingkat undergraduate (setaraf dengan S-1 di Indonesia), tujuan dari liberal arts adalah untuk memberi pengetahuan umum agar para mahasiswa memiliki dasar pengetahuan kuat yang akan menjadi bekal kepada mereka dalam dunia kerja dan dalam menempuh karier profesional atau karier ilmiah yang lebih tinggi.

Agus Suwignyo dalam bukunya Dasar-dasar Intelektualitas (2007), menengarai program ini pada dua muatan, yaitu dalam perspektif kurikulum pendidikan sebagai kurikulum objek kajian, dan disposisi sikap sebagai kurikulum tersembunyi. Kurikulum objek kajian berkaitan dengan ilmu yang dipelajari, mencakup sains formal, sains alam empiris, dan sains sosial empiris. Sementara kurikulum tersembunyi berhubungan dengan etos keilmuan dalam suatu disposisi sikap yang melekat pada kepemilikan ilmu. Disposisi sikap merujuk pada kemampuan mencetuskan gagasan otentik yang mendasari sikap dan perilaku kelimuan.

Pendidikan liberal art menekankan pada pengembangan kemampuan berfikir dan menalar, yakni pengolahan kompetensi untuk menemukan dasar rasional bagi suatu gagasan dan sikap, disamping juga mengolah kopetensi-kempetensi yang umum dan mendasar. Umum artinya tidak spesifik atau khusus; mendasar artinya esensial dan tidak pragmatis. Hal ini tentu disertai dengan banyak kata ‘why’.

Pendidikan liberal art juga mencakup keseluruhan dimensi kemanusiaan secara utuh, yakni manusia sebagai mahluk yang menalar, berinteraksi dan berkembang, dan menciptakan individu yang bebas, mandiri, dan bertanggung jawab.

Individu yang bebas bagi sebagian orang, dikhawatirkan akan menciptakan budaya yang bebas. Bagaimana menanggapi hal ini?.

Budaya merujuk pada unsur teratasnya, yaitu religi yang jadi landasan bagi unsur-unsur berikutnya. Religi adalah sistem kepercaaan yang berkaitan dengan cara pikir- landasan dasar bertindak dari seorang individu. Individu yang bebas akan mampu menemukan landasan terbaik bagi dirinya yang akan menjadi penuntunnya untuk hidup ‘berbudaya’ yang cerdas.

Topik bahasan liberal arts lebih ke arah fenomena/isu yang muncul, dilihat dari sisi pandang manusianya sebagai salah satu produk budaya dalam masyarakat, Batasan topiknya adalah isu-isu yang aktual dan esensial.

Ada banyak potensi produk dari ilmu liberal arts. Salah satu yang terpenting adalah landasan pemikiran bagi berbagai hal.

Disinilah liberal arts bisa ambil bagian dalam solusi atas krisis multidimensional di Indonesia. Mengkaji kembali berbagai hal yang lari dari hakikatnya, menanamkan kebebasan berpikir bagi setiap individu, dan menciptakan kebebasan yang terdidik serta terbina dalam kehidupan demokrasi yang progresif.

Indonesia sedang ‘galau’. Galau karena kurang kokohnya landasan pemikiran. Galau ini dapat diobati dengan seni ; seni berpikir yang bebas-cerdas. Galau ini bisa membaik, jika dirawat untuk disembuhkan dan ‘dibangunkan’ ; karena galau ini muncul dari ‘tidur’ yang terus berjalan ; ngigo.


Grup Diskusi Forum Indonesia Muda

Tulisan ini dimuat juga di Portal FIM

No comments:

Post a Comment