Tuesday, August 9, 2011

Menekan Brain Drain Sumbar


Optimalisasi Peranan Organisasi Minangkabau Rantau Sebagai Upaya Akselerasi Otonomi Daerah Sumatera Barat Dan Menekan Laju Brain Drain Suku Minangkabau

Pola migrasi masyarakat Minangkabau yang berasal dari Sumatera Barat (Sumbar) setiap tahun menunjukkan tren kenaikan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2005 menunjukkan migrasi keluar Sumbar mendekati angka satu juta jiwa. Migrasi tersebut itu pun sudah menjadi sebuah brain drain karena sebagian besar mereka merupakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Ini dibuktikan dengan jumlah mahasiswa Universitas Indonesia (UI) yang berasal dari Sumbar mencapai angka 200 orang setiap tahunnya dan terus mengalami kenaikan. Meskipun dalam ajaran adat sebenarnya mereka diwajibkan untuk kembali ke kampung halaman, namun karena berbagai faktor sebagian besar diantara mereka tidak pernah kembali. Ini dibuktikan oleh migrasi netto Sumbar di tahun 2005 dari data BPS sejumlah minus 620.858.

Sementara itu dilain sisi program otonomi daerah yang digalakkan setelah reformasi belum banyak mengalami kemajuan karena rendahnya kualitas SDM yang mengelola. Yang dihasilkan malah berbagai kasus korupsi di berbagai daerah seperti di Padang tahun 2006, Padang Panjang, Pariaman, dan berbagai wilayah lain. Maka dari itu untuk menciptakan akselerasi otonomi daerah dan menekan laju brain drain yang terjadi di Sumatera Barat sangat dibutuhkan sekali SDM-SDM yang handal dan berkualitas untuk dapat mengelola otonomi daerah tersebut.

Keberadaan organisasi minang rantau yang menjamur hampir di seluruh Indonesia bahkan dunia memiliki potensi besar untuk menjawab permasalahan di atas. Ada begitu banyak organisasi tersebut, di Jabodetabek saja bahkan mencapai sekitar 200 organisasi. Namun belum semuanya mampu berjalan dengan baik atau bahkan mati. Hal ini diakibatkan kurangnya koordinasi antar mereka dan perhatian dari pemerintah provinsi (pemprov). Padahal semua memiliki tujuan yang sama yaitu memajukan nagari untuk negeri.

Maka dari itu dibutuhkan sebuah gerakan bersama antar semua organisasi tersebut bekerja sama dengan pemprov maupun organisasi minang lain yang ada di Sumbar. Tahapan pertama dimulai dengan langkah konsolidasi terlebih dahulu yang dikelola oleh pemprov. Pada mubes tersebutlah ditentukan rancangan yang mengatur tahapan-tahapan selanjutnya.
Tahapan kedua yaitu melakukan kajian terhadap apa saja permasalahan strategis yang ada di daerah. Permasalahan tersebut dikaji secara komprehensif dan diurut menggunakan skala prioritas mana yang dianggap paling penting dan mendesak.

Setelah usai mengkaji permasalahan tersebut maka hasilnya akan dapat digunakan untuk masuk ke tahapan selanjutnya yaitu penyatuan visi. Berdasarkan kepada rumusan permasalahan yang ada di daerah tadi maka dapat disatukan sebuah visi bersama yang akan menjadi sasaran utama dari pergerakan ini. Dari visi tersebut kita mengurai tahapan selanjutnya yaitu penetapan target. Penetapan target ini tentu berdasarkan skala prioritas yang telah disusun di tahapan kedua tadi. Target-target yang dibuat harus realistis dan terukur.

Tahapan keempat dilanjutkan dengan pembagian peran.Penetapan target tadi menjadi landasan utama dalam pembagian peran. Setiap target yang telah ditetapkan harus memiliki penanggung jawab.Setelah semuanya selesai maka yang jauh lebih penting dari semua hal yang bersifat perencanaan di atas adalah implementasinya. Bagaimana gerakan akselerasi otonomi daerah ini dapat terwujud tentunya yang paling penting dibutuhkan adalah konsistensi terhadap komitmen dari semua pihak yang terlibat. Konsistensi terhadap komitmen adalah kunci keberhasilan dari apa pun jenis gerakan.

Gerakan akselerasi otonomi daerah ini tentu memiliki peluang dan tantangan dalam implementasinya. Peluangnya adalah banyaknya jumlah organisasi minang rantau tersebut dan adanya perhatian terhadap mereka mekipun belum besar dan menyeluruh. Selain itu potensi alam, laut, pariwisata, dan berbagai sektor lainnnya di Sumbar juga sangat potensial untuk dikembangkan. Dibutuhkan banyak tenaga ahli yang terampil dan kreatif untuk mampu mengekplorasi semua itu. Adapun tantangan yang dihadapi adalah karakter orang Minang yang egaliter dan agak susak untuk diatur. Sehingganya untuk menyatukan ratusan jumlah organisasi tersebut ke dalam satu gerakan bersama tentu cukup sulit. Namun bukan berarti hal ini tidak mungkin bisa dilakukan. Dengan pendekatan personal yang konsisten dan kesabaran serta konsistensi terhadap komitmen tadi maka semua itu tidak akan lagi jadi masalah.

Gerakan akselerasi otonomi daerah ini harus memiliki perhatian utama di bidang pendidikan. Karena bidang ini merupakan sektor sentral yang sangat berpengaruh besar terhadap masa depan bangsa. Brain drain muncul dimulai dari sektor pendidikan, ketika kualitas pendidikan di Sumbar dirasa kurang berkualitas bagi mereka para pelajar maka akhirnya mereka lebih memilih untuk menikmati pendidikan yang lebih baik di luar Sumbar.

Maka dari itu gerakan ini harus secepat mungkin memberikan perhatian besar di bidang pendidikan di Sumbar. Melalui hal ini kita dapat memperbaiki sistem yang menentukan kualitas pendidikan nantinya. Dengan begitu maka akan tercipta sistem pendidikan yang lebih baik dan para pelajar pun tidak perlu lagi jauh-jauh mencari pendidikan yang berkualitas. Akhinya laju brain drain pun dapat ditekan dan mereka juga memiliki peluang dan kesempatan lebih besar untuk ikut serta dalam gerakan akselerasi otonomi daerah.

Abstrak Karya Tulis Ilmiah ini meraih peringkat 9 dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional Geografi yang diselenggarakan oleh Undhiksa (Universitas Pendidikan Ganesha) Bali.

2 comments:

  1. menarik,
    kalau menurut saya untuk mengatasi brain drain crisis di Sumatera Barat dengan menjadi lebih terbuka... membuka industri dan infrastruktur, lebih urban lifestyle .. karena percuma juga kan, sudah nuntut ilmu ke luar, tapi industri dan lapangan kerja itu gak begitu banyak.. bagaimana cara mau mempergunakan skills yang didapat kalau pulang ke Padang hanya nerusin dagagan orang tua..

    Jadi, orang Padang atau Minang di sumbar lebih terbuka dengan industri yang masuk, jangan menjadi xenophobia.

    ReplyDelete
    Replies
    1. ia, setuju. mari bantu mereka untuk mencoba terbuka, dimulai dari open mind. terima kasih tanggapannya.

      Delete