Wednesday, February 6, 2013

1st Inter-Civilization Dialogue on Youth Volunteerism






1st Inter-Civilization Dialogue on Youth Volunteerism merupakan sebuah konferensi aktifis pemuda dunia yang bergerak di bidang sosial. Tahun 2012 adalah tahun kedua penyelenggaraan kegiatan ini yang melibatkan berbagai negara di dunia seperti Thailand, Nepal, India, Australia, Vietnam, Fhilipina, Brunei, Jepang, Indonesia, dll. Terdapat lebih dari 200 orang pendaftar dan saya termasuk satu dari 40 orang yang aktifis pemuda yang akhirnya lolos sebagai peserta. Saya ditemani oleh beberapa orang teman Indonesia lainnya dari UGM, UNIBRAW, UIN, dan AKAMIGAS.
Tema tahun ini adalah How Youth can be a catalyst of change in the promotion of peace and in the attainment of 8 United Nations Millennium Development Goals (MDG’s)”. Saya sendiri memilih poin MDG’s yang “Achieve Universal Primary Education” sebagai fokus diskusi dan pemaparan ide.
Konferensi ini terselenggara atas kerjasama berbagai lembaga, diantaranya adalah United Nations Alliance for Peace Volunteerism(UNAPVO) sebagai partner utama, Asosiasi Volunteer Philippines sebagai panitia teknis, dan UNESCO Young Professionals Club Philippines sebagai pendukung kegiatan.
Konferensi ini bertujuan untuk mengidentifkasi dan mengumpulkan berbagai gagasan yang dimiliki oleh aktifis pemuda dari berbagai organisasi di dunia untuk terlibat dalam penyelesaian permasalahan global yang hingga kini masih dialami oleh jutaan orang di dunia yang pada kegiatan tahun ini difokuskan pada isu MDG’s. Konferensi ini diadakan selama tiga hari di Great Eastern Hotel Makati City, Manila Philippines (25-27 Mei 2012).
Dompet Dhuafa sebagai sebuah lembaga yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat telah memberikan bantuan pembiayaan bagi saya dalam 1st Inter-Civilization Dialogue on Youth Volunteerism dalam rangka memberikan dukungan terhadap pengembangan diri saya sebagai penerima manfaat di Beasiswa Aktivis Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa. Bantuan ini juga kembali menguatkan kontribusi Dompet Dhuafa tehadap usaha pengentasan kemiskinan. Berikut adalah laporan pertanggungjawaban yang dibuat oleh saya sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada pemberi bantuan.

Konten Kegiatan
Saya berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta pada tanggal 25 Mei 2012 pukul 00.55 WIB menggunakan maskapai penerbangan Philippines Airlines. Selama sekitar 4 jam saya menghabiskan waktu di perjalanan. Saya tiba di Manila pada sekitar pukul 4.45 waktu setempat. Dari Ninoy Aquino International Airport, saya gagal menemui panitia penjemput karena ada sedikit kesulitan teknis komunikasi. Akhirnya saya langsung menuju hotel tempat konferensi menggunakan taksi bandara. Pembukaan kegiatan dimulai pada hari tersebut pada pukul 13.00. Saya berhasil sampai di sana satu jam sebelum acara dimulai.
Acara pertama di pembukaan dimulai dengan Cultural Performance   dan Roll Call of Participants. Dalam kesempatan tersebut saya mewakili delegasi Indonesia untuk memberikan sambutan singkat. Selanjutnya dilanjutkan dengan Welcome Address dari Josephine Barbi M. Balilia (President UNAPVO).
Setelah pembukaan kegiatan , dilanjutkan dengan Lecture dari UNESCO Young Professionals dengan judul "Peace with Volunteerism Activity" dari Atty. Pearl Fatima Evardone,(Adviser). Kemudian setelah itu, disambung oleh Lecture on UN MDG Goal 8 dari Ms. Rachel  Giacchero (Ethiopia,  World Peace Initiative Foundation on the Peace Revolution project in Pathum Thani, Thailand).
Presentasi terakhir pada hari itu adalah tentang “Peace with Kids” dari Ms. Rosan Aliya Agbon, (Kids for Peace Foundation, Inc). Usai presentasi tersebut kegiatan dilanjutkan dengan ”Peace Cafe” dimana disana antar peserta diberikan kesempatan untuk lebih saling mengenal satu sama lain.
Keesokan harinya acara berlanjut masih di tempat yang sama, Great Eastern Hotel. Dimulai sejak pukul 8 pagi dengan Lecture on UN MDG Goal 7 yaitu Ensure Environmental Sustainability dari Ms. Noemi M. Pamintuan-Jara, Co-founder,  Kolisko Waldorf School. Waldorf School merupakan sebuah gerakan sekolah cinta lingkungan yang sudah tersebar di beberapa negara di dunia, salah satunya yaitu di Philippines. Setelah itu, dilanjutkan dengan Lecture on Peace Enhancement Project dari Ms. Franceline Jimenez, UNESCO Youth Peace Ambassador.
Usai presentasi, kegiatan dilanjutkan dengan Focus Grup Discussion yang membahas isu per poin MDG’s. Saya bergabung dengan kelompok sesuai dengan poin MDG’s yang saya pilih sebelumnya yaitu “Achieve Universal Primary Education”. Disana kita berdiskusi tentang kondisi kekinian yang terjadi di negara masing-masing seputar poin isu tersebut. Dalam kelompok saya ketika itu terdapat delegasi yang berasal dari Philippines, India, Australia, dan Vietnam. Dari hasil diskusi tersebut kita merumuskan apa saja permasalahan yang ada dan bagaimana solusi terhadap permasalahan tersebut.
            Diskusi berlangsung hingga waktu makan siang. Usai makan siang kegiatan dilanjutkan dengan Lecture on UN MDG 1 and 2: Eradicate Poverty and Hunger and Achieve Primary Education, "Peace with Education and Poverty Alleviation": dari Ms. Leica Burley, Head of Year 10, dari Australia. Delegasi ini telah 22 tahun menjadi guru di Australia dan ia bercerita tentang bagaimana menjadi guru yang menginspirasi.
            Kemudian, selanjutnya kegiatan dilanjutkan dengan presentasi dari tiap-tiap kelompok per pon MDG’s untuk memaparkan hasil diskusi kelompoknya. Saya bersama kelompok saya merumuskan beberapa permasalahan pendidikan terkait isu MDG’s yang kita bahas. Untuk Indonesia, disana saya memaparkan bagaimana permasalahan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang belum mampu terealiasi dengan tepat sasaran.
            Solusi yang saya tawarkan ketika itu yang pertama adalah advokasi pemberantasan korupsi di bidang pendidikan. Kemudian langkah kedua yaitu melalui pergerakan sosial. Disana saya memperkenalkan konsep zakat yang diterapkan Dompet Dhuafa sebagai langkah fundraising yang efektif. Potensi zakat yang besar berpeluang menjawab kebutuhan pendidikan dasar di Indonesia.
            Setiap kelompok per poin MDG’s memaparkan tentang permasalahan-permasalahan yang terjadi terkait masing-masing isu di negara tiap delegasi dan mereka juga merekomondasikan berbagai solusi terkait permasalahan tersebut. Banyak ide-ide menarik muncul dari mereka dan dapat menjadi saran yang bisa diadopsi untuk menjawab permasalahan di tanah air.
            Selanjutnya, setelah semua kelompok presentasi, kegiatan dilanjutkan dengan Lecture on Peace with Health: United Nations Millennium Development Goal , Goal 6: Combat HIV/AIDS,malaria, and other diseases: oleh Ms. Dina Kusumaningsih dari Indonesia. Ia adalah mahasiswa Sosiologi UI yang aktif melakukan penelitian terkait isu ini. ia menjelaskan disana tentang salah satu penelitiannya yang membandingkan perbedaan sikap orang miskin dan orang kaya terhadap kesehatan.
            Malam harinya, kegiatannya adalah Cultural Night dimana tiap negara menampilkan pertunjukan kebudayaannya. Sebelumnya diberikan waktu untuk persiapan. Beberapa delegasi dari Indonesia telah menyiapkan pertunjukkan ini dengan membawa pakaian-pakaian daerah dari daerah mereka masing-masing. Ada yang dari Jawa Tengah, Jogjakarta, dan Sumatera Selatan. Lalu ada juga yang membawa perlengkapan bela diri tionghoa. Kemudian yang wanita menyiapkan tarian tradisional dari Sumatera Barat.
            Sementara saya sendiri hanya membawa sebuah baju batik dan kumpulan audio visual digital seputar Indonesia serta ide-ide kreatif memadu pagelaran seni. Saya pun mencoba mengkombinasikan kepingan-kepingan kebudayaan Indonesia yang telah dibawa oleh para delegasi Indonesia tersebut. Dengan menganalisa potensi-potensi yang mereka punya saya berhasil meramu sebuah alur yang brilian.
            Dimulai dengan iringan musik instrumental kecak Bali yang menampilkan seni bela diri tionghoa oleh mahasiswa HI UGM yang sekaligus menjadi narrator dalam pertunjukan tersebut. Usai penampilan solonya, dilanjutkan dengan pemutaran video pariwisata Indonesia dalam tajuk Ultimate in Diversity. Video ini memukau perhatian para delegasi dengan berjuta kekayaan budaya dan alam yang dimiliki Indonesia. Setelah video, bersama iringan musik Elfa Singer ditampilkan baju-baju daerah di Indonesia.
            Belum berhenti mengagumi kekayaan-kekayaan Indonesia sebelumnya, para penonton dibuat terkagum kembali dengan penampilan berikutnya dari Tari Pasambahan asal Sumatera Barat yang dibawakan oleh delegasi Indonesia yang wanita. Usai tari ini, kemudian semua delegasi Indonesia bergabung menggetarkan panggung acara malam itu bersama Lagu Gebyar-Gebyar ciptaan Gombloh yang menebar semangat nasionalisme yang tinggi kala itu.
            Penampilan pertama di malam Cultural Night itu berhasil menyihir para penonton dan membuat para penampil-penampil berikutnya berada di bawah tekanan karena harus dibandingkan dengan penampilan pertama Indonesia yang wonderful. Penampilan-penampilan selanjutnya pun berlalu dengan warna-warna masing-masing. Pada akhir acara semua penampil pun tampil bersama menyatu dalam ikatan perdamaian global. Malam itu berakhir dengan indah, dimana perdamaian dunia terasa begitu harmonis.
             Hari berikutnya adalah hari terakhir. Kegiatannya adalah Community Immersion. Kegiatan tersebut bekerja sama dengan NGO ANCOP, sebuah NGO yang membantu para penduduk miskin dalam bentuk pemberian rumah dan sekolah bagi para anak-anak miskin. Pagi itu usai mendapat penjelasan singkat tentang profil ANCOP, kita memulai perjalanan menuju sebuah kawasan binaan ANCOP di Las Pinas, satu jam dari Makati City.
            Di Las Pinas, kita menemui sebuah rumah susun hasil buatan ANCOP. Dahulunya warga disana hidup di pemukiman kumuh dan rusak, lalu ANCOP pun mengubahnya menjadi seperti rumah susun. Usai dari sana, kita melanjutkan ke daerah lain yang tidak jauh dari sana dimana sedang berlangsung proses pembangunan rumah susun ANCOP. Disana kita turut serta membantu proses teknis pembangunan seperti penggalian lobang fondasi bangunan, mengangkat pasir, dan kegiatan lainnya yang bertujuan untuk lebih dekat dengan warga miskin disana.
            Selanjutnya, kami pun kembali ke hotel dan menjalani kegiatan penutupan. Maka berakhirlah semua rangkaian kegiatan tersebut. Banyak inspirasi yang saya temui disana, bagaimana setiap aktifis memiliki kreatifitasnya masing-masing dalam membuat gerakan perubahan sosial di negaranya masing-masing, dan mereka juga tidak hanya memikirkan perdamaian di negaranya saja, namun juga untuk perdamaian dunia.

No comments:

Post a Comment