Sunday, December 25, 2011

Mengecup Takdir Dimadu


Semua kau mulai dengan cinta
Menjalin kisah penyempurnaan agama
Meskipun dengan imam yang lebih muda
Namun kau begitu teguh akan rasa percaya

Awalnya terasa begitu bahagia
Hingga kau mendapat pertanda kelahiran si buah hati
Namun sayang, Tuhan mencoba untuk mengujimu
Ia menarik kembali si buah hati sebelum bernafas di bumi

Kau tak pernah patah arang atau pun menyalahkan Tuhan
Hingga pertanda kedua pun datang
Kau terlihat begitu tak sabar menanti sang buah hati
Tapi..Tuhan masih ingin mengujimu..
Sang buah hati kedua pun menyusul kakaknya di surga..

Keluargamu pun mulai goyang
Imammu ternyata tak cukup siap menerima cobaan kedua itu
Meskipun kau telah cukup ikhlas bertawakkal
Namun imammu diamanahkan Tuhan untuk kembali mengujimu

“Aku hendak memiliki buah hati”
Imammu berujar penuh ketakutan terhadapmu dan Tuhannya
“Aku ingin kembali menyempurnakan agama”
Dunia pun serasa kiamat bagimu saat itu

Kau terdiam, terhenyak, serasa dihujam berjuta kezaliman
Perenungan memaksamu untuk bertanya kepada Tuhan
“Apakah memang seberat ini cobaan yang aku harus terima demi menunjukkan keyakinanku padaMu?”

Waktu berlalu, logika memaksa, hati meraba, pikiran mencipta keputusanmu
Kau pun mengikhlaskan imammu menunaikan pintanya
Alangkah tegar iman jiwamu, mengecup takdir dimadu
Imammu pun kini bukan lagi milikmu seorang

Kehendaknya terjamah, enam buah hati pun menjelma menjadi anak tirimu, kami..
Tapi sekali lagi, keikhlasanmu tak tertandingi
Kau sangat bersemangat dalam menuntun tumbuh kembangnya kami
Meskipun imammu sulit berlaku adil
Namun niatmu begitu lurus sehingga kau mampu mengerti itu

Tua menjemput, nikmat sehat pun mulai surut..Kau pun terbaring tak berdaya menanti panggilan Tuhan..Waktu itu pun datang..Selamat Jalan Ibu..

No comments:

Post a Comment