Tuesday, November 24, 2015

Dari Nelayan sampai Satelit

Pesisir Pantai Medewi, Jembrana, Bali

Hanya sekitar dua bulan lagi, ASEAN (Association of South East Asia Nations) Economic Community-AEC akan dimulai. Masyarakat ASEAN akan hidup lebih dekat satu sama lain dan saling bersaing lebih ketat di sisi lain.

Di waktu yang sama juga, UN (United Nations) akan memulai SDGs (Sustainable Development Goals) sebagai agenda pembangunan dunia bersama seluruh negara, menggantikan MDGs (Millenium Development Goals) yang berakhir. Pergantian tahun ini tampak sangat sibuk.

Sementara di Indonesia, di tengah hiruk pikuk politik dan kondisi ekonomi, sebagian orang semakin merasa malu akan kondisi bangsanya dan kepercayaan diri mereka menurun. Kebanggaan tentang indahnya cerita tanah air melemah, persatuan sebagai bangsa pun agak memudar. Puisi Taufik Ismail berjudul ‘Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia’-pun kembali marak tersebar.

Degradasi kepercayaan diri di atas terjadi karena perbandingan yang dilakukan tidak apple to apple. Indonesia tidak bisa dibandingkan dengan negara mana pun di dunia, karena profil Indonesia sangat unik, tiada satu pun yang menyamai.

Keanekaragaman fisik hingga sosial manusianya sangat lengkap di Indonesia. Sejarah perjalanannya pun telah menuai banyak pengalaman internasional karena digilir jajah oleh banyak peradaban dunia, dari bangsa India, Timur Tengah, Eropa, hingga Asia Timur.

"Sejarah perjalanannya pun telah menuai banyak pengalaman internasional karena digilir jajah oleh banyak peradaban dunia, dari bangsa India, Timur Tengah, Eropa, hingga Asia Timur"


Indonesia juga tercatat sebagai motor gerakan pembebasan mendukung kemerdekaan negara-negara di dunia pada abad ke-20, mulai dari gerakan non-blok hingga konferensi Asia-Afrika adalah buktinya.
Setelah 1945, Indonesia tumbuh cepat dalam beberapa tahun, meskipun memiliki profil geografis yang sulit untuk melakukan pembangunan. Hari ini, kesulitan yang menantang itu diubah menjadi peluang, adalah konsep pembangunan maritim yang tampil sebagai andalan, nelayan berjaya.

Dalam peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan yang ke-70 RI  beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa bangsa Indonesia mempunyai modal besar yang lebih dari cukup untuk melompat maju. Hal ini dikarenakan persatuan Indonesia sudah kokoh, pendidikan rakyat semakin maju, dan peluang peserta didik untuk melakukan mobiltas sosial sudah terbuka lebar.

Dalam pidato kenegaraan yang dibacanya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Presiden merinci bahwa Indonesia sekarang sudah memiliki hampir 300.000 sekolah, lebih dari 2 juta guru, dan hampir 40 juta siswa. Jumlah ini belum termasuk taman kanak-kanak yang tersebar di seluruh pelosok Tanah Air.

Presiden juga menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia dan negara demokrasi terbesar ketiga di dunia. Wilayah Indonesia juga membentang luas dari Sabang hingga Merauke, Miangas hingga Rote. Dalam hal ini, demokrasi Indonesia juga telah menjadi contoh gemilang di dunia dengan indeks demokrasi yang naik dari 63,72 menjadi 73,04 tahun ini.

Jokowi juga menyampaikan bahwa Indonesia juga memiliki pemilih muda yang kritis dan bersemangat dalam mengawal jalannya demokrasi dan pemerintahan. Terkait jumlah kelas menengah yang ada sekarang, Presiden juga menyatakan sebagai jumlah yang signifikan dan akan terus bertambah seiring dengan bonus demografi yang tengah kita nikmati.
"Semua itu menunjukkan bahwa Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Sebagai bangsa yang besar, kita harus percaya diri, harus optimis, bahwa kita dapat mengatasi segala persoalan yang menghadang di hadapan kita," kata presiden.
Dalam paparannya, presiden mengatakan bahwa produk domestik bruto mengalami lonjakan dalam waktu 15 tahun terakhir dari Rp1.000 triliun menjadi Rp 10.000 triliun. Indonesia juga menjadi kekuatan ke-16 ekonomi dunia. Presiden mengklaim bahwa Indonesia kini sejajar dengan negara-negara maju di forum G20. Dalam minggu ini juga rupiah menguat tajam karena adanya sentimen positif dari pelaku pasar mengenai paket kebijakan ekonomi Indonesia.

"Presiden mengklaim bahwa Indonesia kini sejajar dengan negara-negara maju di forum G20"


Tidak ada negara lain di dunia dengan profil seperti Indonesia yang mampu mencapai capaian di atas dalam waktu 70 tahun usai kemerdekaannya. Lalu apakah Anda masih merasa malu dan tidak percaya diri sebagai bangsa Indonesia? Jika ya, mari kita urut kekhawatiran Anda.

Untuk AEC, persiapan Indonesia dinilai lemah. Tenaga kerja Indonesia diprediksi akan susah bersaing di wilayah ASEAN. Menurut data, hampir 67% penduduk Indonesia berpendidikan akhir SMP ke bawah. Sementara Singapura, Malaysia, dan Filipina yang 80% lulusannya berpendidikan akhir SMA dan pendidikan tinggi. Tapi coba hitung kembali berapa jumlah warga negara di masing-masing negara tersebut, dan hasilnya Indonesia masih lebih unggul. Meskipun tetap terus berbenah.

Lalu untuk SDGs, apa yang telah Indonesia lakukan? Dalam Sidang Umum PBB September lalu, Menteri Kesehatan melaporkan Laporan Nutrisi Global (Global Nutrition Report) – menjelaskan prioritas pembangunan kesehatan dan kaitannya dengan nutrisi sebagai bagian dari prioritas Indonesia.

Sebelumnya, hasil MDGs di Indonesia menyatakan bahwa tujuan dan sasaran MDGs sejalan dengan pembangunan Indonesia. Konsisten dengan itu, Pemerintah Indonesia telah mengarusutamakan MDGs dalam pembangunan sejak tahap perencanaan sampai pelaksanaannya sebagaimana dinyatakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005- 2025, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009 dan 2010-2014 serta Rencana Kerja Tahunan berikut dokumen penganggarannya.

Berdasarkan strategi pro-growthpro-jobpro-poor, dan pro-environment alokasi dana dalam anggaran pusat dan daerah untuk mendukung pencapaian berbagai sasaran MDGs terus meningkat setiap tahunnya. Kemitraan produktif dengan masyarakat madani dan sektor swasta berkontribusi terhadap percepatan pencapaian MDGs.

"Berdasarkan strategi pro-growth, pro-job, pro-poor, dan pro-environment alokasi dana dalam anggaran pusat dan daerah untuk mendukung pencapaian berbagai sasaran MDGs terus meningkat setiap tahunnya"


Politik Indonesia carut marut? Ini adalah sebuah proses pendewasaan. 230 juta warga negara dengan ragam latar belakang memiliki kebebasan atau kemerdekaan menyangkut hak-hak kebebasan yang telah mencakup dalam hak asasi manusia, mulai dari hak politik, ekonomi, kesetaraan di depan hukum dan pemerintahan, ekspresi kebudayaan, dan hak pribadi. Maka kebebasan tersebut sekarang sedang mencari pola.

Cukup? Jika masih belum, mari lihat apa yang dilakukan LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional). September lalu Presiden resmi melepas satelit ekuatorial pertama Indonesia, LAPAN A2 di Pusat Teknologi Satelit LAPAN di Bogor. Presiden didampingi oleh Menristekdikti M.Nasir, Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin, dan Wakil Gubernur Jawa Barat, Deddy Mizwar.

LAPAN-A2 adalah satelit ekuatorial pertama di Indonesia yang sepenuhnya hasil pengembangan para peneliti dan perekayasa LAPAN. Pendahulunya, LAPAN-A1 adalah hasil kerjasama dengan TU Berlin, telah diluncurkan pada tahun 2007 dan masa operasionalnya telah berakhir pada tahun 2013.

Satelit untuk pemantauan kemaritiman Indonesia ini nantinya akan diberangkatkan ke India menggunakan pesawat kargo dan diluncurkan ke orbitnya dengan roket India. LAPAN-A2 akan diorbitkan dekat ekuator dengan inklinasi enam derajat pada ketinggian 650 kilometer dari permukaan bumi. Misi yang dibawa LAPAN-A2 adalah pemantauan permukaan bumi, identifikasi kapal laut, dan komunikasi radio amatir.

LAPAN-A2 akan mendukung visi misi yang tertuang dalam Nawacita untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional. Keberhasilan pembangunan satelit LAPAN-A2 membangkitkan kepercayaan diri dan kemandirian bangsa, khususnya dalam bidang teknologi antariksa.

Satelit berbobot 78 kilogram ini juga akan mendukung keamanan nasional demi menjaga kedaulatan wilayah Indonesia dan meningkatkan kemandirian nasional sesuai dengan Nawacita pertama, yaitu untuk memperkuat jati diri sebagai negara maritim.

Itu semua baru sebagian kecil dari prestasi Indonesia. Melalui momentum Sumpah Pemuda bulan Oktober ini, mari bersumpah untuk memiliki semangat muda untuk bangga dan percaya diri membangun Indonesia, kurangi berkomentar sotoy apalagi clicking monkey menyebar berita palsu. Semoga pergantian tahun nanti Indonesia siap berkompetisi.

"Melalui momentum Sumpah Pemuda bulan Oktober ini, mari bersumpah untuk memiliki semangat muda untuk bangga dan percaya diri membangun Indonesia, kurangi berkomentar sotoy apalagi clicking monkey menyebar berita palsu"

Aku akan selalu menulis dan terus menulis, lalu berbuat dan terus berbuat untuk Indonesia –Abdul Muis
Tulisan ini adalah bagian dari Tugas Persiapan Keberangkatan Program Beasiswa Pendidikan Indonesia LPDP yang juga dimuat di Media Selasar 15 Oktober 2015

No comments:

Post a Comment