Wednesday, July 17, 2013

Solusi Damai bagi Konflik Indonesia-Malaysia


http://suarapublik.co.id/web/wp-content/uploads/2012/12/indonesia-vs-malaysia1.jpg

Konflik yang terjadi antara Indonesia dan Malaysia mengalami puncak panas diawali pada era kepemimpinan Presiden Soekarno. Slogan “Ganyang Malaysia” mengemuka dimana-mana akibat ulah provokasi Soekarno. Konflik yang terjadi ini sesungguhnya lebih banyak diakibatkan oleh konflik individu antara Soekarno dengan Tungku Abdul Rahman (Mantan Perdana Menteri Malaysia). Indonesia ketika itu tidak mau bergabung dengan sebuah komunitas regional semacam Asean dikarenakan komunitas tersebut adalah buatan Malaysia. Politik luar negeri kedua negara pun kala itu juga bertentangan, Malaysia sebagai pro barat yang anti komunis dan Indonesia dengan politik bebas aktif yang cenderung ke blok kiri (komunis).


Kurangnya pemahaman masyarakat kedua bangsa saat ini tentang akar sejarahnya masing-masing, hal inilah yang ditenggarai menjadi penyebab tak kunjung usainya konflik kedua negara ini hingga saat ini. Sesungguhnya akar kebudayaan kedua negara yang serumpun memiliki banyak kesamaan bukan tanpa alasan. Dahulunya, banyak negeri di Malaysia yang didirikan oleh pendatang dari Indonesia, diantaranya adalah Negeri Sembilan, Johor, dan Selangor. Hal inilah yang kemudian menyebabkan banyak kesamaan produk budaya akhirnya yang terjadi diantara kedua negara.

Pemaparan terkait tema di atas diuraikan panjang lebar oleh Linda Sunarti dalam Sidang Promosi Doktornya di Ruang Serbaguna Gedung IV FIB pada Rabu (17/07) lalu. Disertasi Linda yang mengangkat judul “Penyelesaian Damai Konflik Indonesia Malaysia 1963-1966”, akhirnya berhasil dipertahankan di hadapan para penguji dengan predikat ‘sangat memuaskan’. Koordinator Program Studi (Prodi) Sejarah FIB ini pun kemudian menjadi doktor ke-12 di FIB dan ke-3 di Prodi Sejarah pada Tahun 2013 ini.

Hadir dalam Sidang Promosi ini, sebagai promotor dari Linda adalah Prof. Dr. Susanto Zuhdi dan kopromotornya Dr. Hariadi Wirawan dan Dr. Magdalia Alfian. Kemudian sebagai penguji, ada Prof. Dr. Maswadi Rauf, Dr Erwiza Erman, dan Dr. Yuda B Tangkilisan.

Salah satu pertanyaan pamungkas oleh penguji dalam Sidang Promosi ini adalah “apa solusi ampuh bagi konflik Indonesia Malaysia saat ini jika berangkat dari disertasi saudara?”. Linda pun menegaskan bahwa kita harus belajar dari masa emas hubungan Indonesia Malaysia di Era Presiden Soeharto, dimana pemimpin kedua negara (Soeharto dan Tun Abdul Razaq) banyak berdialog dan kemudian mengedepankan konsep serumpun yang kemudian diturunkan menjadi sejumlah program bersama seperti salah satunya adalah ‘Titian Muhibah’. 

No comments:

Post a Comment