Sunday, April 15, 2012

Paguyuban Daerah? Penting?


Sepenggal cerita pelecut semangat bagi teman-teman paguyuban daerah yang akan berkontribusi di daerah masing-masing di bulan Januari nanti.Selamat mengabdi!
Jawaban dari judul di atas akan kita temukan setelah membaca hingga selesai tulisan ini.
Berawal dari keinginan adanya komunikasi antar begitu banyaknya paguyuban daerah yang ada di UI. Maka tahun 2010 mulai diinisiasi kegiatan welcome maba bersama oleh 18 paguyuban daerah. Kegiatan ini yang akhirnya menjadi tonggak kelahiran forum komunikasi yang kemudian dinamakan “Paguyuban Nusantara UI”.
Paguyuban Nusantara UI salah satu tujuannya yaitu berupaya untuk memperjuangkan keadilan akan persamaan hak dan kewajiban paguyuban daerah selaku lembaga mahasiswa. Maman Abdurrahman menyebut paguyuban daerah sebagai lembaga mahasiswa yang lahir dan berkembang dari rahim UI dan ia sangat berbeda organ ekstra kampus lainnya yang lahir di luar UI.
Selama ini banyak paguyuban daerah yang merasa dikhianati oleh banyak pihak, baik dari lembaga mahasiswa maupun para birokrat di rektorat. Keberadaan mereka diperlakukan seperti anak tiri. Mereka dianggap sebagai organ ekstra kampus yang mengganggu.
Desember 2010, sama seperti tahun-tahun sebelumnya rektorat memanggil semua paguyuban daerah untuk datang ke rektorat mendengarkan sosialisasi tentang penyelenggaraan penerimaan mahasiswa baru UI dan juga dibagikan ketika itu sejumlah brosur SIMAK UI dalam jumlah yang sangat terbatas.
Secara tersirat kegiatan itu bertujuan untuk meminta bantuan kepada sejumlah paguyuban daerah untuk sosialisasi UI serta jalur masuknya. Sungguh mulia mereka para paguyuban daerah kembali dari tempat itu dengan ikhlas dalam kondisi brosur dan supporting system kegiatan yang sangat terbatas. Rektorat tidak pernah peduli tentang hal ini.
Mereka pun kembali ke daerah masing-masing dan menghabiskan waktu libur Januari untuk mengabdikan diri mereka dengan sejumlah kegiatan yang pada intinya sangat membesarkan nama UI di mata anak-anak Indonesia. Meskipun dukungan untuk acara sangat terbatas namun mereka tidak kehilangan semangat berjuang demi melihat senyum optimis adik-adik mereka menggapai masa depan yang lebih baik.
Ya begitulah sebulan waktu libur mereka habis tanpa terasa bersama keringat dan suara yang telah serak menyuarakan pendidikan berkualitas nan diharapkan masih berkeadilan. Terkadang sebagian orang tua mereka tidak mampu memahami pekerjaan luhur anak-anak mereka sehingga alhasil kemarahan pun mereka terima sepulang dari pekerjaan luhur itu. Tapi meskipun demikian mereka tetap bersyukur masih mendapatkan perhatian dari orang tua mereka.
Liburan telah usai dan mereka pun kembali ke kampus yang dulu rektoratnya meminta bantuan kepada mereka. Keikhlasan membuat mereka tidak terlalu mempermasalahkan ketidak-pedulian rektorat kepada mereka meskipun permohonan telah dikabulkan. Tidak masalah, kita meyakini banyak pekerjaan lain yang lebih penting dan mendesak hingga rektorat lupa akan sekedar ucapan terima kasih. Sekian bulan berlalu hingga waktu mendekati masa penerimaan mahasiswa baru (maba).
Dalam menyambut masa penerimaan maba, paguyuban daerah yang dulunya memberikan informasi secara langsung kepada para calon mahasiswa tentu merasa berkewajiban melanjutkan pekerjaannya. Dalam hal ini paguyuban daerah sepenuhnya menyadari bahwa dalam tindak advokasi mereka harus berkoordinasi dengan pihak Kesma BEM. Koordinasi pun dijalankan dan semua berjalan lancar sampai pada akhirnya terjadi kesalahan sistem informasi yang cukup fatal terkait pembayaran BOP B pada website penerimaan yang dikelola rektorat dan menimbulkan sejumlah pertanyaan dari para maba.
Secara kultural para maba lebih dekat dengan seniornya satu daerah yang dulunya memberikan informasi di Januari. Maka pertanyaan pun pertama kali diajukan kepada para paguyuban daerah. Karena keadaan yang mendesak dan pihak Kesma BEM pun tidak mampu menjawab pertanyaan tersebut akhirnya salah satu paguyuban daerah mencoba bertanya langsung kepada bagian kemahasiswaan di PPMT dan jawaban yang diterima sungguh menampar keikhlasan yang dibina paguyuban daerah. “Karena kamu dari paguyuban daerah maka saya tidak bisa memberikan jawaban”. Jawaban ini akhirnya menyebabkan kerugian pun diderita oleh mahasiswa dari daerah terkait.
Beberapa bulan sebelumnya, tamparan lain juga sebenarnya telah menghampiri. Fasilitas Gazebo Asrama UI yang dulunya merupakan satu-satunya tempat favorit bagi paguyuban daerah untuk melakukan sejumlah kegiatan konsolidasi sekarang tidak lagi dapat digunakan. Peraturan baru dari Manajer Direktorat Fasilitas Umum (Dirfasum) yang membawahi asrama melarang tempat tersebut digunakan sebagai tempat kegiatan terutama oleh paguyuban daerah. Sedangkan untuk meminjam ruangan di UI dikenakan biaya mahal disamakan dengan harga peminjaman dari pihak eksternal kampus.
Pergerakan paguyuban daerah semakin dikekang dan terbatas. Tamparan demi tamparan terus melecut semangat juang mereka. Mereka ikhlas. Semangat menyukseskan akselerasi otonomi daerah sebagai salah satu pilar kebangkitan bangsa merupakan visi dari paguyuban daerah yang bersatu dalam tekad nusantara : untuk Indonesia. Semangat tersebut justru semakin kuat. Bidang pendidikan, sosial kemasyarakatan, dan kebudayaan merupakan sorot utama dalam pergerakan ini. Sama sekali bukan gerakan separatis berpaham primordial, namun kita bicara tentang sinergisasi pergerakan. Universitas Indonesia sudah seharusnya benar-benar memberikan kebermanfaatan yang meng-Indonesia. Fondasi Indonesia ada di daerah-daerah.
Bhineka Tunggal Ika!

No comments:

Post a Comment